HI EVERYONE, SELAMAT DATANG DICERITA PERTAMAKU!
Pertama dan utama untuk aku nulis cerita ini. Semoga kalian suka dan terus mengikuti jejak SASKARA!
✧ Happy reading ✧
"GUE BILANG NGGAK, YA NGGAK." sentak Vanya sambil menggebrak meja kantin, kesabarannya sudah habis. Siswa tersebut pun lari. Dan semua orang yang berada dikantin menoleh ke arahnya. Kara yang memang sudah menyaksikannya dari tadi pun tertawa pelan agar teman-temannya tidak menyadarinya.
"Tolol, modus kok terang-terangan." maki Kara pelan.
***
Sore harinya, Kara yang bosan berada dirumah, akhirnya memutuskan untuk keluar. Ia tidak mengajak Nasha, karena ia ingin pergi ke suatu tempat, yaitu pemakaman.Setelah dari pemakaman dan bercerita panjang lebar seperti biasa di atas kuburan sang adik, Kara memutuskan untuk menenangkan pikirannya. Ia melaju bersama motornya ke taman.
Ia bersantai dikursi taman seraya mengamati sekitarnya. Banyak sekali sepasang kekasih seumurannya yang sedang menghabiskan waktu mereka bersama pacar mereka. (ya dong, masa pacar orang.)
Dan ternyata salah satunya ada yang ia kenali. Ya! dia Vanya bersama pacarnya, mereka sedang bercanda tawa disebuah kursi taman yang tak jauh dari sana.
"Oh, dia udah punya pacar." Kara tersenyum, tapi tidak dengan hatinya. Entah mengapa ia merasa sesak ketika melihat Vanya tertawa bersama laki-laki lain. Apakah ini Cinta? Ah, tidak mungkin. Ia saja baru mengenalinya beberapa bulan, tidak mungkin ia sudah jatuh cinta dengan perempuan sesingkat itu. Pikirnya.
Ia pun memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, ia pergi ke minimarket untuk membelikan adiknya jajan. Ia sudah berjanji jika ia akan membelikannya snack jika Nasha tidak ikut dengannya.
Keesokan harinya. Kara dan Nasha berangkat lebih awal karena Kara mendapat perintah dari guru untuk datang lebih awal, untuk persiapan lomba yang akan digelar hari ini.
Pukul 06.30 mereka sampai di sekolah, Kara di panggil untuk segera ke kantor dan ternyata disana sudah ada Malvin dan murid lainnya. Mereka dilatih seperti minggu-minggu sebelumnya.
Setelah dirasa waktu lomba akan dimulai 30 menit lagi, mereka berangkat, bersama guru pendamping mereka.
Sementara kelas lain melaksanakan pelajaran seperti biasa. Kecuali kelas Vanya, karena guru yang mempunyai jam mengajar dikelas mereka, ikut serta menjadi guru pendamping siswa siswi yang mengikuti lomba.
"Udah lama ya mereka ikut lomba kek gini?" tanya Vanya pada kedua sahabatnya.
"Iya, mereka udah jadi langganan siswa yang bawa pulang piala setiap tahunnya." ucap Elena memberi tau.
"Oh. gue gak nyangka, padahal mereka keliatan nakal dan sering buat onar."
"Iya, emang kalo diliat dari tingkahnya, mereka gak keliatan kalo sebenernya otak mereka cerdas. Aku aja dari dulu gak bisa ngalahin mereka." kata Elena agak sedih.
"Emang lo peringkat berapa?" tanya Vanya.
"Peringkat ke 3."
"Gapapa Na, Lo dapet rangking aja udah keren banget."
ucap Vanya menasehatinya sembari tersenyum tulus."Emang iya?" tanya Elena masih dengan wajah yang murungnya.
"Iya, gue aja gak pernah dapet rangking."
"Gimana kalo kita sering-sering belajar bareng? Nanti Elena bisa ngajarin Vanya kalo Vanya kesulitan." Excited nya.
"Boleh." ucap Vanya ikut sumringah melihat ekspresi Elena.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASKARA
Teen FictionSaskara Adhitama Nareswara, panggil saja dia Saskara, tapi orang terdekatnya biasa memanggilnya Kara. Cowo yang terkenal dengan segudang prestasi, sikapnya yang hangat dan sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya. Ia bertemu dengan perempuan ya...