23

65 4 0
                                    

HI EVERYONE, SELAMAT DATANG DICERITA PERTAMAKU!

Pertama dan utama untuk aku nulis cerita ini. Semoga kalian suka dan terus mengikuti jejak SASKARA!

✧ Happy reading ✧

"Udah bel." kata Malvin memberi tau bahwa jam pelajaran sudah akan di mulai.

"Yoi."

Di dalam kelas, Kara tidak fokus ke depan, ia masih terbayang-bayang oleh tawa Vanya tadi. Dan tanpa ia sadari, dari tadi Bu guru yang sedang mengajar didepan sedang melihat tingkahnya yang sedang senyum-senyum sendiri dari tadi.

"Kara!" tegurnya.

Semua mata tertuju kepadanya, namun kara masih tidak menyadarinya dan ia masih tersenyum sudah seperti orang gila, ternyata Vanya tidak salah menamai kontaknya dengan nama 'orang gila'.

Lalu, Malvin menyenggolnya dan membuat ia tersadar."Ngelamunin apa kamu kok senyum-senyum gitu?" Bu guru melihat ke arah pandang kara."Oh, kamu lagi merhatiin Vanya, iya?"

Seluruh kelas menahan tawanya, sedangkan Vanya menahan rasa malunya, jika saja ia mempunyai kekuatan teleportasi, ia akan pergi dari tempat ini sekarang juga.

"Em anu Bu, nggak, saya nggak-"

"Maju sini. Push up 50 kali."

"Bisa dikurangin dikit gak bu?" tawarnya. Bu guru tersebut hanya menggeleng. Akhirnya kara maju kedepan dan menuruti perintah Bu guru.

Sebenarnya push 50 kali bukan apa-apa untuk kara, namun ia tidak sanggup menahan rasa malunya. Ia pun push up dengan sangat tenang. Selesai push up ia pun kembali ke tempat duduknya dan pelajaran kembali dimulai seperti biasa.

Kara melihat ke arah Vanya, dan ternyata Vanya sudah melotot ke arahnya. Kara sudah membuat Vanya malu gara-gara dirinya.

***
Akhirnya, hari libur pun tiba. Vanya menepati janjinya dan mau diajak jalan-jalan oleh Kara.

"Bun, do'a in Abang ya." ucap Kara saat menyalami tangan sang bunda.

"Emangnya kamu mau apa kok pake di do'a in segala?" tanya Diandra bingung dengan sikap sang putra.

"Pokonya do'a in semoga abang berhasil."

Meskipun Diandra tidak mengerti dengan maksud kara, ia tetap mendo'akannya."Iya, bunda do'a in semoga kamu berhasil dan sukses." ucap Diandra sambil mengelus rambut putranya.

Kara tersenyum."Makasih Bun. Kalo gitu Abang pamit ya, assalamu'alaikum." Kara pun pergi dengan membawa sebuah box.

"Wa'alaikum salam." Diandra geleng-geleng ketik kara sudah menghilang dari depan pintu.

"Kenapa Bun?" tanya Nasha yang baru saja turun dari kamarnya.

"Gapapa." Diandra tersenyum.

"Oh ya, Abang kemana?"

"Gatau, tadi pamitnya keluar." Nasha ber-oh ria.

"Bunda ke butik dulu ya dek."

"Loh, bukannya kalo minggu bunda libur?"

"Iya, bunda cuma mau ngecek-ngecek doang."

"Oh. Yaudah." Nasha menyalami tangan Diandra.

SASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang