43

50 4 0
                                    

HI EVERYONE, SELAMAT DATANG DICERITA PERTAMAKU!

Pertama dan utama untuk aku nulis cerita ini. Semoga kalian suka dan terus mengikuti jejak SASKARA!

✧ Happy reading ✧

Vanya pun mengobrol dengan kedua sahabatnya hingga tidak sadar jika ada seseorang yang sedang memperhatikannya.

Kara tersenyum dibalik maskernya."Gue seneng lo baik-baik aja, Va."

Saat ia asik mengawasi Vanya dalam diam, tiba-tiba ada tangan yang menepuk bahunya."Siapa kamu?" ucap orang tersebut.

Kara terkejut, ia pun memberanikan diri untuk menoleh ke arahnya."Mamah nya Vanya? Aduh mati Lo kar."

"Mau apa kamu liatin kamar anak saya?" tanya Clara penuh intimidasi.

"Eh, nggak tante. Ini saya." Kara melepas masker dan topi hitamnya.

"Kara?"

"Iya, saya Kara." ia menyalami punggung tangan Clara.

"Kenapa kamu gak langsung masuk aja?" tawar Clara.

"Nggak usah Tante, makasih. Kara mau langsung pulang aja."

"Loh, gak mau masuk dulu jenguk Vanya?"

Kara terdiam sejenak lalu menggeleng."Nggak Tante, kalo gitu saya permisi dulu ya. Oh ya, saya juga minta tolong sama tante supaya tante gak ngasih tau ke Vanya kalo saya kesini." ucap kara memohon.

"Kenapa?"

"Em...soalnya Vanya gak mau ketemu sama saya tan. Jadi saya takut Vanya tambah marah sama saya kalo dia tau saya kesini."

Clara mengangguk paham."Baiklah, Tante gak akan kasih tau ke Vanya kalo kamu kesini."

"Makasih Tante. Saya permisi dulu, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Ketika kara benar-benar hilang dari pandangannya, Clara tersenyum."Dasar anak muda."

Saat ia membuka pintu, ia langsung disuguhkan pertanyaan dari Vanya."Mamah tadi ngobrol sama siapa?"

"Oh itu tadi, apa, mamah tadi ngobrol sama... perawat, iya perawat." ucap Clara gugup membuat Vanya sedikit curiga kepadanya. Namun dengan cepat ia mencairkan suasana.

"Loh, ada Elena sama Xania ya? Udah dari tadi datengnya?"

"Nggak kok Tante, ini aja baru nyampek." ucap Elena sembari menyalami tangan Clara dan disusul Xania.

"Makasih loh, jadi ngerepotin kan." ucap Clara ketika mereka memberikan bingkisan untuk Vanya.

"Nggak ngerepotin kok Tan."

"Lo kapan boleh pulang, Va?" tanya Xania.

"Palingan dua hari lagi. Soalnya Vanya harus dapet penanganan dokter dulu, karena terlalu sering kambuh penyakitnya, biar gak tambah parah, jadi harus dirawat dulu." Elena dan Xania mengangguk paham.

"Sepi dong sekolah gak ada Vanya." Elena cemberut.

"Tunggu gue sehat dulu ya." Vanya tersenyum.

***
Sepulang dari rumah sakit, kara pergi ke taman untuk menenangkan pikirannya. Ia pergi ke tempat dimana ia menemukan Vanya yang sedang menangis. Membuat ia teringat akan kenangannya bersama Vanya ketika mereka menghabiskan waktu bersama.

"Maafin gue Va, gue gak ada niat buat bikin lo sakit hati. Pasti lo kecewa banget. Cintia sialan, awas lo Cintia." ucap kara berbicara sendiri.

SASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang