63

35 2 0
                                    

HI EVERYONE, SELAMAT DATANG DICERITA PERTAMAKU!

Pertama dan utama untuk aku nulis cerita ini. Semoga kalian suka dan terus mengikuti jejak SASKARA!

TOLONG HARGAI PENULIS DENGAN VOTE DAN KOMEN, JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPAD AKU JUGA YA💅

✧ Happy reading ✧

Kara yang sedang menonton televisi di ruang tengah mendengar suara ketukan pintu, akhirnya ia keluar dan memastikannya. Saat keluar, ia tidak menemukan siapa-siapa, hanya ada satu kotak kardus yang berada dibawah lantai. Kara mengangkatnya.

"Paket? Perasaan gue gak pesen paket. Apa Nasha, ya?"

Ia pun masuk kedalam untuk menanyakannya pada Nasha, ia pergi ke kamar adiknya tersebut."Dek, kamu ada pesen paket gak?"

"Nggak, aku gak ada pesen paket." ucapnya lalu kembali fokus dengan rutinitasnya yaitu skincare an.

"Kalo bukan Nasha, siapa lagi? Masa bunda?" ia pun bertanya pada bundanya juga, namun Diandra juga mengatakan bahwa ia tidak ada memesan paket.

Karena penasaran, kara pun membukanya. Masa bodo jika ini paket yang salah kirim, siapa suruh salah mengirimkannya pada Kara.

Saat membukanya, ia terkejut ketika melihat isi didalamnya. Didalam kardus tersebut, terdapat beberapa tangkapan fotonya yang bersama Vanya akhir-akhir ini, mulai dari fotonya saat berada di pemakaman waktu itu, foto waktu di pasar malam, semua momennya bersama Vanya di minggu terakhir ini tertangkap semua oleh pengirim tersebut.

Ia juga mendapatkan foto dirinya yang terdapat bercakan darah di foto tersebut. Kara membalik foto tersebut dan menemukan tulisan 'wait for the D day ' hanya itu yang ia temukan. Ia pun meremas kuat foto tersebut, rahangnya mengeras menahan emosi.

"Orang itu lagi. Shit!" ia pun langsung membuang kardus tersebut dan membakarnya.

Saat tengah makan malam, Kara terlihat tidak selera. Ia hanya memainkan makanannya sendiri tanpa berniat untuk memakannya. Pikirannya masih dihantui oleh orang-orang misterius itu. Apakah ia harus menjauhi Vanya? Tapi, tidak semudah itu ia akan mengorbankan cintanya hanya karena teroran dari orang yang tidak jelas. Ia saja butuh perjuangan yang tidak mudah untuk mendapatkan seorang Lavanya Arshavina Winata, mana mungkin ia melepaskannya begitu saja, tentu saja tidak!

"ABANG!" sentak Nasha yang mampu membuat Kara tersentak kaget.

"Ish, ngagetin aja."

"Abisnya dari tadi dipanggil juga."

"Kamu kenapa, bang?" tanya Edgar.

"Gapapa yah, Kara ke kamar dulu."

"Eh, mau kemana? makanannya aja belum kamu sentuh sama sekali." teriak Diandra.

"Buat Nasha aja."

"Asyikkk."

***
Saat berada di balkon kamarnya, Kara terus memandangi foto-foto yang ia dapatkan saat bersama Vanya. Sesekali ia tersenyum ketika mengingat momen keduanya.

"Masa iya gue harus jauhin lo, Va? Gue gak mau, gue bakalan tetep mertahanin lo dan hubungan kita." ucapnya mantap.

Ia pun memilih mengisi waktunya untuk melukis, sebuah hobi yang mampu membuat pikirannya jauh lebih tenang ketika ia terlalu banyak pikiran seperti sekarang ini.

SASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang