HI EVERYONE, SELAMAT DATANG DICERITA PERTAMAKU!
Pertama dan utama untuk aku nulis cerita ini. Semoga kalian suka dan terus mengikuti jejak SASKARA!
TOLONG HARGAI PENULIS DENGAN VOTE DAN KOMEN, JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPAD AKU JUGA YA 💅
✧ Happy reading ✧
Sementara disisi lain, Vanya yang baru saja datang dari luar setelah berbelanja bersama teman-temannya tiba-tiba dipanggil oleh Elvio.
"Sayang, sini papah mau ngomong sebentar." Elvio menepuk sofa disampingnya.
Vanya pun menurut dan duduk disebelahnya."Ada apa, pah?"
Elvio terdiam sejenak."Papah mohon jauhi pacar kamu itu, kalo perlu kamu putusin dia."
Vanya terkejut, dari mana papa nya tau bahwa ia mempunyai pacar? Sedangkan dirinya saja tidak pernah menceritakannya pada Elvio. Namun, yang lebih membuatnya terkejut ialah saat papa nya menyuruhnya untuk menjauhi Kara? Apa-apaan ini? Memangnya kenapa dengan Kara? Tidak! Vanya tidak mau. Bisa-bisanya Elvio menyuruhnya untuk menjauhi Kara sedangkan Kara saja menjadi tempat pulang ternyaman baginya.
Mereka juga sudah menjalani hubungan selama sekitar 4 tahun an, banyak kisah yang mereka lalui bersama-sama dan itu semua bisa menjadi kandas begitu saja jika ia menuruti perkataan papanya.
Melihat Vanya yang masih terdiam, Elvio kembali bersuara."Dia gak baik buat kamu. Dia cuma anak berandalan yang suka buat onar dan ugal-ugalan dijalanan, keluarga saja tidak jelas asal-usulnya, gimana kalo misalnya dia dari kalangan menengah kebawah? Mau ditaruh dimana muka papah?"
Vanya hanya bisa menggeleng tak percaya, yang difikirkan oleh papanya hanyalah gengsi, gengsi dan gengsi, tanpa memikirkan perasaan orang lain.
"Papah gak bisa seenaknya nyuruh Vanya buat jauhin pacar Vanya gitu dong. Gak! Pokoknya aku gak mau. Dan asal papah tau, dia sama sekali bukan seperti apa yang papah pikir. Dia baik, bahkan sangat baik."
Vanya menunduk mengingat kebaikan-kebaikan yang telah Kara lakukan, seperti saat ia menolong nenek-nenek yang hendak menyebrang, memberikan makanan kepada pemulung, dan masih banyak lagi yang pernah Vanya lihat selama bersama Kara. Dan ia juga baru mengetahui bahwa ternyata setiap selesai sholat Jum'at, Kara bersama teman-temannya selalu pergi ke panti asuhan untuk memberikan makanan dan sembako kepada anak-anak yang berada di panti asuhan tersebut. Ia mengetahui hal itu dari Elena, ia mengatakan bahwa mereka sudah melakukannya semenjak kelas 2 SMP.
"Dia bukan berandalan. Dia anak baik-baik." ucap Vanya.
"Dia anak yang gak bener. Papah tau mana yang baik dan mana buruk buat kamu."
"Oh, ya? Papah tau mana yang baik buat aku?" Vanya terkekeh."Buktinya papah malah jauhin yang baik itu dari aku."
"Kamu udah berani ngelawan, ya sama papah? Putusin dia atau kamu tau akibatnya."
"Aku gak peduli! Apapun yang bakalan papah lakuin, aku gak akan pernah jauhin dia." Vanya pergi dengan rasa kesalnya. Namun, baru beberapa langkah, ia menghentikan langkahnya.
"Apa mungkin papah yang selama ini ngancem Kara buat jauhin Vanya?" ucap Vanya tanpa menolehkan pandangannya. Namun, Elvio tetap diam.
"Aku gak habis pikir sama jalan pikiran papah, aku kecewa." ia pun pergi ke kamarnya.
Sementara Elvio masih tetap duduk ditempatnya tanpa bergeming. Rahangnya mengeras menahan emosi.
***
Keesokan harinya, saat waktunya istirahat Vanya mengajak Kara pergi ke taman kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASKARA
Teen FictionSaskara Adhitama Nareswara, panggil saja dia Saskara, tapi orang terdekatnya biasa memanggilnya Kara. Cowo yang terkenal dengan segudang prestasi, sikapnya yang hangat dan sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya. Ia bertemu dengan perempuan ya...