Bab 38. First Date

399 41 5
                                    

Siang ini cuaca begitu cerah. Meski begitu matahari tak menyengat.

"Sayang, pegangan."

"Hm?"

"Pegangan."

Titah Langit membuat Dewi meletakkan kedua tangannya di bahu sang suami. "Sayang! Emang aku tukang ojek? Gini loh!"

Langit menarik tangan istrinya hingga melingkar sempurna di pinggangnya.

"Ih, malu. Kayak anak alay lagi bucin. Kalau nanti di jalan ketemu sama muridku, wali muridku, atau temen kerjaku gimana?"

Langit mencebik, ia menoleh dan menatap tajam pada istrinya. "Mukaku sejelek itu sampai istriku malu dibonceng suaminya sendiri?"

Dewi mengerucutkan bibir. "Mas, aku malu. Aku tuh... Baru dua hari kita nikah. Baru sekali ini kita boncengan naik motor. Malu tau. Bukan malu karena look-mu. Aku tuh masih... Masih deg degan kalau disuruh pegang-pegang."

Amarah Langit menguap setelah mendengar kejujuran sang istri. Ia terkekeh dan mencubit pipi istrinya yang terhimpit helm.

"Nggak ada salahnya kan keliatan bucin? Toh memang udah halal."

"Ya udah deh." Dewi mengalah. Ia kini memangkas jarak tubuhnya dan sang suami.

Memang, hari ini keduanya mengurus dokumen pernikahan mereka dan mampir ke rumah sakit untuk menjenguk Tjandra, menggunakan motor. Beberapa tempat tengah ada perbaikan jalan. Hal itu menjadi pertimbangan Langit untuk lebih memilih membawa motor dari pada mobil.

Lagi pula, ia juga ingin memanfaatkan moment untuk bisa berduaan dengan istrinya. Mumpung masih cuti.

"Sayang, mampir makan yuk?"

"Di mana?"

"Di kafe sepupuku, mau? Sekalian mau ngenalin sama mereka. Kan, keluarga besarku belum semua kenal kamu. Well, kecuali yang sering main ke rumah, mereka pasti tahu kamu karena tiap hari ngelesin Una."

Dewi mengangguk. "Kafe yang mana? Yang punya istri pak polisi itu?"

"Iya. Kamu masih inget sama Tante Kayla?"

"Iya, beberapa kali kan Mbak Karen ngajak ke sana, sama Una sama kembar. Di sana makanannya enak banget."

Obrolan pengantin baru itu mulai terjalin asik. Sejak semalam, mereka mulai terbuka satu sama lain. Meski kadang Dewi masih malu-malu tetapi ia berusaha untuk mengimbangi Langit yang ternyata cukup clingy.

Padahal, ia terkenal tak suka skinship. Mungkinkah karena Langit sudah nyaman dengan istrinya?

Butuh waktu 10 menit untuk sampai ke restoran yang dibangun kembali pasca runtuh tiga tahun lalu akibat ulah orang tak bertanggung jawab.

"Wah! Wah! Ada pengantin baru datang!"

Seruan itu terdengar meriah. Ada empat wanita berbaju pink dan seorang wanita berdress syar'i.

"Assalamualaikum, Tante Kay!" Langit menyapa.

"Wa alaikumussalaam. Mbak Kay aja, Lang! Kamu lebih tua dari aku." Wanita berseragam pink itu protes.

Langit terkekeh. Sementara, Dewi mengulurkan tangan menyalami saudara Langit, owner restoran yang mereka datangi.

"Duh, Om Pilot udah sold out. Aku terpotek hatinya. Kecantol ama bu guru. Duh duh." Wanita bername tag Ny. Arina Enriko itu menggoda Langit.

Dewi hanya bisa tersenyum. Ternyata suaminya sepopuler itu.

"Udah dong, ibu-ibu, jangan digodain. Istrinya nanti salah paham loh." Sosok pemuda lain muncul dengan rambut gondrong dan kamera tergantung di leher.

Terbang Ke Masamu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang