Bab 45. Kekhawatiran

381 39 7
                                    

Sorot sinar matahari memasuki ruangan di gedung tertinggi rumah sakit yang didirikan oleh dokter Faisal Sumantri, di atas tanah wakaf dari Jendral Purnawirawan Sumantri, ayah dari direktur utama RSI sekarang.

Wanita dengan paras ayu di usianya yang tak lagi muda, tengah sibuk membaca sebuah buku hingga tak sadar ada sosok lain yang masuk ke ruangan pribadi tersebut.

Sentuhan lembut di bagian kepala, membuyarkan konsentrasi si wanita.

"Eh Mas, udah selesai morning briefing-nya?"

Krisna mengangguk.

"Kenapa kok cemberut, hm? Ada masalah?"

"Kangen Aishy."

Jawaban sang suami membuat wanita itu berusaha untuk menenangkan suaminya. Memang, meski bukan ayah dan anak kandung, Aishy dan Krisna sangatlah dekat. Keduanya bahkan benar-benar memiliki selera yang sama dalam hal apapun. Makanan, film favorit, warna favorit, kebiasaan ceroboh dan lain sebagainya, semua identik. Padahal tak ada darah terhubung di sana.

"Mau ke makam? Hm?"

Krisna mengangguk. Air mata bening mengalit di pelupuk mata si pria.

"Aku masih belum terima dengan kepergiannya. Siapa orang yang tega mencelakai putri kecilku yang tengah mengandung, dulu."

Tangis Krisna semakin menjadi. Ia begitu menyayangi putri sambungnya itu. Sejak dalam kandungan, dia selalu ikut andil dalam penjagaan, pemenuhan gizi, bahkan sampai saat lahir pun, ia juga yang mengurus si kembar. Ia hanya memberikan si kembar pada ibunya jika jam menyusu, selebihnya ia mengasuh dua malaikat kecilnya sendiri.

"Mas, sudah. Sudah. Aku jadi ikut sedih."

"Kenapa kamu bisa setegar itu? Kenapa kamu bisa ikhlas dengan kepergian putri kecil kita?"

Dokter Dewi menyeka matanya cepat. "Bagaimana aku bisa punya alasan sedih jika putriku meninggal di saat ia tengah berjuang untuk melahirkan cucu cantikku. Dia berpulang dalam kondisi melahirkan. Bukankah itu syahid? Dia... Dia sudah mendapatkan takdir terbaiknya. Siapa yang tak mau mati syahid? Kalau saat itu dia selamat, justru belum tentu aku setenang sekarang. Bisa jadi aku akan terus berpikir tentang keselamatannya, takut kalau-kalau peristiwa itu terulang kembali."

Krisna memeluk istrinya erat. Di saat yang bersamaan, ketukan pintu terdengar.

"Daddy! Mommy!"

Gadis cilik yang serupa dengan sang ibu masuk menggunakan dress tutu pink

Gadis cilik yang serupa dengan sang ibu masuk menggunakan dress tutu pink

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hei, hei, My Ibi baby."

Krisna segera menghapus air matanya dan menyambut cucu tercintanya.

"Sama siapa? Hm?"

"Uncle Asa."

Ia menciumi gadis cilik nan cantik itu berkali-kali.

"Stop! Sto! Daddy! Geli!" protes si cantik.

Terbang Ke Masamu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang