S. E. R : Silver Wish

228 14 2
                                    


Pertemuan pertama mereka, bukanlah hal yang bisa dikatakan romantis maupun indah.

Teriakan warga yang berlarian untuk mengungsi, suara ledakan rudal dan laser, serta teriakan komando dari pemimpin kelompok petarung yang memimpin pertarungan.

Sangat bising dan kacau.

Harusnya dia lari juga.

Harusnya dia pergi dari sana.

Harusnya dia menyelamatkan dirinya sendiri.

Namun tubuhnya seolah membatu di tempat, waktu terasa lambat dan suara-suara itu menghilang.

Bahkan teriakan dari kakak kembarnya terasa begitu jauh, tak peduli seberapa kencang suaranya.

Hingga akhirnya suara tebasan pedang bercampur suara percikan listrik membuyarkan lamunan nya.

Belum sempat bereaksi, yang ia tahu, ujung pedang merah petir itu sudah berada di depan matanya.

"Apa yang kau lakukan?! Cepat pergi dari sini bodoh!"

Manik Ruby itu menatap nya tajam, penuh dengan kekesalan dan amarah.
Di bawah tekanan itu dirinya memilih menurut.

Sang gadis kembali ke kelompoknya, bertarung menebas apapun yang menghalangi nya dengan kejam dan sadis.

Tapi dirinya hanya bisa melihat keanggunan dari gerakan seni pedang mulus sang gadis merah.

Hari itu hatinya berdegup lebih kencang daripada biasanya.










Halilintar.

Nama gadis yang menodongkan pedangnya tepat di depan Manik silver nya saat itu.

Mereka dipertukarkan lagi dalam situasi yang lebih normal, yakni ketika Solar dan kakaknya Duri pertama kali pindah sekolah di Pulau Rintis.

Siapa sangka bahwa dirinya ternyata sekelas dengan si Gadis merah?

Gadis yang pendiam membaca novel di kursinya yang dekat jendela, dengan topi dino merah dan rambut ekor kuda yang panjang.

Tampaknya tidak peduli akan semua kerusuhan yang teman sekelas mereka perbuat.

Sebuah perilaku yang jarang Solar lihat dari kawan perempuan sebaya mereka.

Karena itu pula, entah kenapa mulutnya yang biasanya sangat licin memuji dan bermain kata dengan para gadis penggemar nya tiba-tiba selalu kaku dan padat setiap kali Dia harus berbicara pada Halilintar.

Itu pertama kali terjadi ketika dirinya dikelompokkan dengan Halilintar untuk bermain peran dalam bahasa Inggris.

Tidak ada yang aneh dari teks dialog nya, namun dirinya terlalu gugup hingga malah salah ucap saat berdialog.

Tentunya mengundang tawa yang cukup riuh dari teman sekelas mereka.

Solar sungguh malu, pertama kali dalam hidup nya membuat kesalahan konyol saat jam pelajaran.

Padahal TOEFL nya sudah mencapai skor 800 lebih...








Solar mulai merasa minder.

Dirinya bukan apa-apa jika harus dibandingkan dengan Halilintar.

Bahkan dengan kejeniusan nya dalam akademik, rasanya tidak akan cukup untuk bersanding dengan Ratu sekolah mereka yang multitalenta.

Dari apa yang Solar lihat, Halilintar memiliki nilai akademik yang bisa bersaing dengannya, si ranking 1.

Kemampuan beladiri dan berpedang yang selalu menonjol saat alien kotak itu menyerang, Halilintar adalah penyerang utama dalam kelompok pahlawan itu, kokotiam.

Short Stories By Moss.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang