Tahun Baru.

65 5 0
                                    

"Sudah kuduga kamu akan datang lagi."

Dirinya hanya tersenyum kecil pada salah seorang resepsionis yang berjaga di counter, dengan anggukan kecil dia menyerahkan kartu pengenalnya untuk pendataan.

"Padahal kamu bisa saja menemuinya langsung... Tak perlu repot-repot melapor kemari." Ujar wanita muda itu dengan senyum sendu, tahu betul remaja lelaki yang memegang bucket bunga yang dominan ungu itu adalah 'tamu' setia disini, sudah tidak terhitung berapa kali dia kemari, demi mengunjungi orang yang sama setiap saat.

"Entahlah, aku hanya merasa kurang enak kalau diperlakukan khusus."

"Tapi yang kamu datangi juga bukan pasien biasa, tidak ada orang biasa yang bisa mendatanginya tanpa perlakuan khusus." si resepsionis tertawa kecil, menyelesaikan tugasnya dan memberi kembali kartu pengenalnya pada si pemilik yang berterimakasih sebelum langsung berjalan pergi ke tempat tujuannya.

"Sungguh, siapa orang beruntung yang bisa membuat seorang laki-laki berdedikasi seperti itu?" Resepsionis bergeleng geli, mau bagaimana pun, identitas si pasien nya sangat rahasia hingga ia hanya bisa mengirim laporan singkat pada atasannya langsung untuk meminta izin membiarkan setiap ada orang-orang tertentu yang ingin menjenguknya.













Ruangan ini agak remang, dengan lampu yang sengaja dia matikan demi kenyamanan pemilik ruangan yang ia tahu lebih suka tidur dengan lampu mati, sementara gorden jendela kamar dia biarkan terbuka agar cahaya bulan bisa masuk.

Kembang Api menyala terang di luar jendela, sangat bergelimang warna-warni tanda tahun baru akhirnya tiba, walau jaraknya cukup jauh dari tempat ia berada, dia masih bersyukur setidaknya dia bisa menikmati pemandangan ini walau tengah sendirian.

Selesai mengganti bunga yang sudah layu di vas penghias ruangan ini, dirinya kembali melakukan yang entah berapa kali ia lakukan setiap berkunjung untuk nya.

Duduk didekat bagian atas pemilik ruangan ini yang tengah berbaring di atas kasur rumah sakit, dalam keadaan koma, namun tidak seperti rumah sakit di bumi dengan alat-alat canggihnya, yang ini hanya dibalut kain panjang hingga menutupi seluruh tubuhnya yang sedikit bercahaya tanda rune kuno perawatan nya masih bekerja.

Telapak tangannya yang dingin mulai bergerak menyentuh tangan sebagai satu-satunya bagian tubuh yang dibiarkan terlihat di orang ini, yang semakin lama semakin kecil baginya, tanda dirinya telah tumbuh besar sementara dia sama sekali tidak.

Menggenggam lembut tangan halus itu, dengan ragu-ragu mendekatkan nya pada kulit wajahnya sendiri, membiarkan sensasi sentuhan hangat yang telah lama rindukan menyebar lagi seperti ingatkan nya dulu.

Dikala orang ini masih bisa tertawa dengan gurunya, dikala kejadian itu belum terjadi, dikala ia belum terbebani dengan ini semua.

"Ata datang lagi kak. Ini sudah tahun baru ke 6 sejak kakak disini."

Tidak ada jawaban atas pernyataan datarnya.

"Dan seperti biasa, di sini sunyi."

Dia dan orang ini adalah penyuka ketenangan karena itu dia tidak masalah. Keheningan ini mungkin menyesakan tapi baginya ini justru sangat menenangkan.

"Kakak tahu? Seseorang dari elemental datang padaku beberapa waktu yang lalu, ada banyak hal yang terjadi namun intinya sekarang aku jadi bagian dari mereka, walau masih agak canggung sih..."

Dia tentunya ingat bagaimana wajah pemilik kekuatan tanah menjadi agak sedih, bagaimana pemilik kekuatan es agak ragu atau bagaimana raut kecewa anak-anak yang lain, pemilik kekuatan petir tidak usah ditanya, saat dia meminta ijin untuk keluar pada saat seperti ini. Mereka mungkin ingin dia tetap di sana saat tahun baru namun pada saat yang sama memaklumi alasannya untuk pergi.

Sebenarnya dia sendiri bimbang, bukannya dia tidak suka mereka atau apa, namun perasaan hangat dan ceria justru membuatnya lebih tertekan dikala ingat siapa yang tengah berbaring disini, sendirian dan tidak hidup.

Tidak mungkin ia bersenang-senang saat orang yang telah berperan besar dalam hidupnya dalam keadaan seperti ini.

"Maaf kak, sampai kapan pun kurasa, kakak tetap jauh lebih penting bagiku."

Yang mana kalau kakaknya ini dengar, pastilah dia diomeli soal tindakannya yang bisa saja dikatakan seperti malin kundang.

"Ata akan terus menunggu."

Itu kata terakhirnya sebelum terlelap di pinggir kasur, berharap ada keajaiban untuk hari esok.









_________________________________________

:v

Ngeliat buku author lain ada yang up buat malem ini bikin kepingin buat juga.

Ya, ini Ataraxia, fanfusion Moss yang background Story nya rada-rada angst.

Pengen dibuat buku tapi nama Au nya belum ada.

Short Stories By Moss.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang