Unknown Swords 2

86 7 0
                                    

Ya readers, Moss masih mau ngelanjutin ni cerita.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~












Sewaktu matanya terbuka, ruang putih yang cukup familiar adalah hal yang pertama ia lihat dengan kepalanya yang terasa nyut-nyut. Entah karena luka itu atau karena dia telah pingsan dalam waktu lama.

"Oh. Kau akhirnya sadar."

Supra menengok ke arah sumber suara.

Orang itu lagi. Duduk di antara kasur tempat dia berada dan kasur Sopan yang belum sadar di seberangnya.

Kali ini tanpa jubahnya, memperlihatkan dengan jelas topi dino hitam biru nya yang terpampang di atas kepalanya. Dengan posisi tubuhnya yang lebih rendah sekarang, dia bisa melihat dua Manik heterochromia ruby-aqua dibalik topi itu dengan lebih jelas.

*Kurasa orang ini memang campuran mereka berdua...*

"Mau minum dulu? Kalian pingsan cukup lama."

Supra sebenarnya ingin menolak, enggak suka di lihat lemah begini sama orang asing tapi akhirnya memilih mengiyakan dengan anggukan karena tenggorokan nya memang terasa sangat kering.

Itung-itung persiapan dulu sebelum dia mencecor orang didepannya ini dengan beribu pertanyaan kan.

Bagaimana pun caranya, seenggaknya biar satu pertanyaan di otaknya yang kebanyakan mikir ini hilang satu.

"Kau, Fusion 'mereka' berdua atau apa?" agak kasar, tapi itu emg gaya bicara nya. Supra tidak mau membuang-buang waktu untuk drama pecicisan hanya karena ada satu mahluk baru yang tiba-tiba muncul di keluarga mereka.

"Kalau 'mereka' yang kau maksud sama dengan apa yang ku pikirkan, maka jawabannya Ya, aku mungkin semacam itu."

"Maksud?"

"Entah, aku tidak pernah yakin siapa diriku sendiri," Orang itu mengangkat bahunya acuh,"bukannya aku peduli juga."

Supra menatap orang ini datar, dan orang ini juga melakukan sebaliknya. Harus Supra akui, ni orang memang menuruni sifat ke-masabodo-an paman dan ayahnya hingga bisa ngomong sesantai itu pada topik yang biasa bakal menyebabkan drama panjang

Supra bisa membayangkan apa jadinya kalau bukan dia yang berada di posisi ini sekarang, dan bukan dia yang menanyai orang ini.

Siapapun itu pasti udh heboh duluan, sambil mendrama-drama gajel tentang saudara yang hilang atau gimana. Lalu persoalan ini bakal jadi sangat panjang dan lebar tipikal acara drama tv yang ditonton adik-adiknya.

"Nama?"

"Ataraxia. Kamu yang namanya Supra? "

"Ya. Dan yang di belakangmu itu Sopan."

"Gak nanya, tapi terima kasih."

"Muka mu minta di tabok kek nya.  Kenapa kau disini?"

"Karena aku memang bagian divisi ini?"

"Bukan itu yang kumaksud bego."

"Oh...kalau soal itu, Tanya saja pada Tuan Halilintar nanti. Cuma beliau yang tahu aku disini."

Supra mengernyit, kenapa malah nama ayahnya yang dibawa-bawa? Si muka batu berjalan itu seringnya pergi misi mulu hingga seolah tidak ada waktu selain misi, terus kenapa ni orang bilang cuma mahluk itu yang tau soal keberadaannya?

Dan seolah paham raut wajah cengo Supra, Ataraxia memilih untuk menjelaskan, "Beliau yang masukin aku ke sini tanpa sepengetahuan yang lain."

"Lagian aku emang udh hampir sekarat waktu itu. Jadi mana ada yang tau."

Nah kan. Supra malah jadi tambah overthinking sendiri mendengarnya.

Short Stories By Moss.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang