"Ini memalukan." Gumam Supra diam-diam sambil mengamati sekumpulan pasangan laki-laki dan perempuan yang tengah berdansa di depannya.
Pasangan-pasangan yang berdansa dengan anggun, alunan musik romantis, dekorasi ruangan gaya era klasik, tak lupa dengan jejeran makanan dan minuman yang ditata dengan sangat rapih dan elegan membuat Supra bertanya-tanya mengapa dia bisa berada di sini sejak awal.
Seseorang menyodorkan sebuah minuman berwarna kuning di gelas kaca yang kelihatan sangat mahal, Supra dengan enggan menerimanya tapi tenggorokan nya sudah kering menunggu, "Ini jus manga kok."
"Kamu lama, Ataraxia." balas Supra sambil berdecak kecil pada laki-laki berwajah sama dengannya, dengan Manik ruby-aqua yang teduh serta mengenakan jas hitam dengan rapih, masih setia memasang senyum ramahnya.
Sungguh, bulu kuduk Supra merinding dengan bagaimana orang ini bisa merubah sikap begitu mereka menginjakan kaki di gedung ini dalam sekejap, perangai malas dan dingin nya hilang digantikan sikap Gentleman yang Supra harus akui sangat keren.
"Jangan tertegun dengan wajahku kak." Ataraxia terkekeh kecil sambil meminum jus miliknya, tampak sama sekali tidak terusik dengan suasana ini seperti dirinya.
"Najis... Kamu sejak kapan jadi ngeselin begini?" omel Supra sambil memalingkan muka, astaga, dengan tubuhnya sekarang dirinya mudah sekali merasakan hal seharusnya tidak dia rasakan. Bagaimana bisa dia mengakui ada seseorang yang lebih keren darinya? selama 17 tahun hidup bahkan Frostfire pun dia kalahkan, tapi kini alam bawah sadar nya mengakui orang yang baru kenal selama 6 bulan? Dia benar-benar kehilangan kewarasannya.
*Tenang Supra... Hanya untuk malam ini... *Batin Supra sambil menggenggam erat tangkai gelas nya dengan muka masam.
Barisan pasangan yang tengah dansa tadi akhirnya bubar, sekarang digantikan oleh pasangan lain yang sedari tadi menonton.
Supra sama sekali tidak peduli. Dia pengen malam ini segera berakhir dengan tenang dan tanpa masalah (baginya).
Namun itu semua tampaknya terhalang begitu adiknya ini mengulurkan tangan nya pada Supra dengan gaya meminta untuk berdansa sambil tersenyum sangat lebar, "Ayo berdansa kak."
"Apa-apaan...?"
"Kakak sudah janji akan menemani ku misi bukan?"
Supra menggigit bibir, ya tuhan, dia benar-benar lupa. Ini! Inilah alasannya mengapa seorang Supra yang dikenal dengan mahluk introvert penghuni laboratorium itu ada di acara sosial macam ini.
Adiknya ini menipunya!
"Jangan pasang wajah begitu, riasan yang Yania buat bisa rusak di wajah cantik kakak loh." Ataraxia tampaknya sama sekali tidak takut pada tatapan maut Supra, dengan acuh menarik tangan nya dengan lembut sambil merangkul pinggangnya, lalu mendekatkan mulutnya pada telinga Supra dan berbisik,"Ingat kak, kamu adalah perempuan sekarang. Siapa yang tadi minta tolong buat keluar tapops diam-diam karena eksperimen nya kena ke dirinya sendiri?"
*Sialan... * Supra hanya bisa tersenyum masam sambil menyembunyikan rasa merindingnya, dengan gugup membiarkan dirinya ditarik ke tengah ruangan dimana banyak mata melihat mereka,"Aku gak bisa dansa, apalagi bagian perempuan."
"Aku punya sertifikat mengajar dansa kok. Kakak tinggal ikuti kataku saja."
"Ugh...apa harus berdansa?"
"Dengan rupa cantik jelita macam kakak? justru akan semakin aneh kalau kak Supra nggak berdansa dan hanya jadi pajangan dinding... Atau kak Supra mau dikerumuni oleh pria lain? Kalau kakak mau menggali informasi, ya silahkan."
"Tidak, terima kasih."
"Baguslah, aku pun tidak sudi dengan itu." Ataraxia mengangguk puas, dengan lihai mengambil alih kendali dansa mereka, memimpin jalan dengan sangat handal sampai Supra sendiri merasa bahwa dia sedang bersama dengan pelatih dansa profesional.
"Admiral Valles selalu mengajakku ke setiap Pesta yang dia hadiri asal kakak tau, berdansa begini udah menjadi kebiasaan ku." Ujar Ataraxia disela putaran dansa mereka.
Gaun putih Supra berkibar mengikuti gerakan dansa, menciptakan visual dansa yang anggun dan indah dari pasangan yang sempurna lengkap gerakan tegap namun natural dari Ataraxia.
Supra hanya bisa diam meringis membayangkan harga dirinya jatuh sedalam-dalamnya, harusnya tadi dia tahu saat insting nya tiba-tiba merasa tidak enak saat meminta bantuan Ataraxia. Supra kira Ataraxia cuma menjalani misi biasa, mana tau kalau dia ternyata harus menyusup ke acara seperti ini dan Supra harus menjadi pasangan wanitanya.
"Pokoknya jangan berani bilang siapapun nanti."
Ataraxia yang tidak menjawab, hanya terus memimpin dansa yang mana membuat Supra merasa aneh sekaligus was-was...
Ada yang salah kah? Atau mungkin target Ataraxia udah ketemu?
"Ataraxia? EH?! A—!" Supra terkejut saat dirinya di angkat ke atas, begitu mendarat pun dia tidak sempat Bertanya mengapa, gerakan Ataraxia terasa semakin 'berani' bagi Supra yang kalang kabut, mereka berputar sambil keluar ke tepi ruangan dari lingkaran dansa, jauh dari sorotan mata yang melihat.
"Hey, apa-apaan sih?" Supra ingin lepas dari rangkulan tangan Ataraxia, namun dirinya didorong duluan ke pojok dinding, dengan satu tangan Ataraxia di sampingnya mencegah Supra untuk kabur, dan wajah mereka yang saling bertatapan dengan jarak yang ambigu.
Itu kabedon.
"Ataraxia —! "
"Kesalahan teknis kak." Ataraxia tidak menggubris penolakan Supra, dia malah semakin mendekati Supra yang berkeringat dingin.
"Woy! Jangan deket–"
Ataraxia mengangkat dagu Supra saat jarak yang amat dekat membungkam Supra sambil berkata, "Dengar, Tuan Halilintar juga ada disini."
Manik Ruby-silver Supra melebar, mukanya memerah.
"Dan kurasa, dia sempat melihat kita tadi."
Oh. Supra benar-benar ingin mengubur dirinya sendiri sekarang.
______________________________________
Wkwkwk. Entah apa yang Moss buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories By Moss.
RandomWelcome to this Book. Kumpulan karya tulis berbagai jenis tulisan mulai dari oneshot hingga cerbung yang berisi ide-ide cerita Moss yang absurd nan Gila. Di isi berbagai Genre dari yang ringan hingga berat, comedy hingga Angst. Dengan karakter origi...