Porsi Makan

96 7 0
                                    

"Kau yakin hanya mengambil segitu?"

Ataraxia masih mencoba bersikap sopan, tanpa ragu menjawab, "Ya, ini saja sudah cukup kok."

"Benarkah? Bagaimana dengan dua mangkok sup ini dan itu lagi, Nak?"

"Oh, atau kau mau gorengan ini saja?"

"Ah, bukan, mungkin kau mau dessert ini?"

"Tidak... Tidak. Aku benar-benar cukup dengan ini." balas Ataraxia dengan keringat dingin saat para koki kantin TAPOPS malah menahan tangannya agar tidak pergi.

Mereka berbisik-bisik dengan nada tidak percaya, yang mana hanya membuat Ataraxia ingin segera minggat dari sana mengetahui kalau perilaku mereka malah mengundang perhatian dari seisi kantin.

"Mungkin dia lagi sakit?"

"Tapi biasanya mereka masih makan banyak juga."

"Oh... Mungkin kamu mau yang mudah di kunyah, seperti bubur?"

Dengan helaan nafas yang amat lelah, Ataraxia masih memilih untuk menolak, "Tidak terima kasih, aku sehat kok."

"Bohong! Kalau begitu kenapa kau hanya mengambil dua buah sandwich dan sekotak susu?!"salah satu koki menunjuk Ataraxia dengan cukup keras.

"Ya gak apa-apa, orang biasanya ngambil segini bukan?" Balas Ataraxia dengan bingung.

Heran dia tuh, semenjak dirinya datang ke TAPOPS, ada aja orang-orang yang menghentikan dirinya saat melihat isi nampan yang dia bawa.

Kek, apa masalahnya kalau dia makan biasa aja atuh?!

"Nah, itu dia! FUSION NYA ICE MANA PERNAH MAKAN KAYAK ORANG BIASA!" teriak salah satu koki dengan gaya menuduh maling.

Sebuah perempatan muncul di dahi Ataraxia yang semakin kehilangan nafsu makan, "Aku selalu makan sedikit ya! Tolong jangan menilai cuma karena kekuatan elemental!"

"ANAK INI BENERAN SAKIT!"

"Aku sehat astaga!"




















"Ini hanya perasaan ku atau Ataraxia memang tidak pernah ke kantin akhir-akhir ini?" Tanya Glacier pada dua orang yang biasanya sepaket dengan adiknya itu.

Khawatir dia soalnya anak itu gak pernah keliatan lagi waktu jam makan di tapops. Dia pun di suruh nge cek takutnya kenapa-napa.

Dua orang yang dimaksud, Leo dan Yania saling bertukar pandang dengan keringat dingin.

"Uh... Axia bilang kagak mau makan di kantin lagi." Yania menjawab dengan nada pasrah.

"Katanya Kantin Rasis." lanjut Leo sambil menggaruk kepala.

"Lah... Rasis apaan?" bingunglah Glacier, baru tahu bahwa tempat nongkrong favorit nya itu bisa ada kasus rasisme.

"Dia dikatain sakit waktu makan tapi ngambil nya cuma dikit. Padahal mah, Axia memang makannya segitu doang, Tapi pada gak percaya soalnya kata mereka, Tuan Ice makan gak pernah dikit." jelas Yania yang dibalas gelengan kepala oleh Glacier, bingung harus bilang apa nanti.

"Dan sekarang dia ngambek dan mogok makan. Makannya kami mau sumpel ini ke mulutnya." tambah Leo sambil mengangkat seplastik onigiri buat dipaksa makan ke orangnya.

*Mungkin... Aku harus kurangin makan di muka umum... *Ice yang kebetulan lewat dan denger, untuk pertama kali dalam hidup nya berpikir untuk mengurangi porsi makannya.

Bisa gawat kalau Gempa tahu dialah penyebab salah satu bocah mereka ogah makan.




______________________________________

Kembali lagi pada Nameless Au ini 🙂

Short Stories By Moss.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang