Cuma Latihan.

110 14 13
                                    

Dirinya belum diizinkan untuk beraktivitas berat, tapi Oh tapi, si sulung bilang bukan berarti dia boleh tiduran terus di kamarnya.

Harus kena matahari minimal, katanya.

Untuk pertama kalinya dalam hidup, Air baru tahu rasanya diseret paksa keluar rumah, secara literal, diseret dengan tubuh bergesekkan tanah.

Nggak sakit sih, ni tubuh lumayan tahan gesek kayaknya.

*Oh, begini kah rasanya punya tubuh seperti kak Api? Pantas dia tahan banting.* Batin nya mangut-mangut, menatap kedai koko yang mereka katakan milik punya kakek mereka, secara gak langsung kakek tubuhnya.

"Eh? Ais juga ikut latihan, Li?"

Dia menengok ke arah siapa yang datang, itu seseorang mirip dengan tuan muda kedua keluarga Duke, nama mereka juga sama, Fang.

Halilintar yang masih menggenggam kerah bajunya untuk menyeret dirinya hanya berdehem kecil,"Nggak, Dia ngeliatin aja di pinggir. Buat pemanasan mata."

Air merenggut bingung, "Pemanasan mata?"

"Ya, kau amati pergerakan kami berdua. Tembak pakai panah es tanpa gerak dari tempat mu berdiri." Halilintar menjelaskan sambil merenggangkan tangannya bersiap menuju lapangan, "Kemarin Solar udah ngajarin kamu cara nembak pakai target diam kan? Jadi kali ini pratek dengan objek cepat."

"Uuh—"

"Gerak seinci, kau push up 100 kali. Gak ada tawar menawar."

*Halilintar ini adalah iblis!! * sejenak Air terdiam, gambaran sang kakak sulung memotong seekor beruang di pesta ulang tahun anak bangsawan yang pernah mengejek nya tiba-tiba terlintas, *Oh—yang itu raja iblis!*

"Ais apa jawaban mu?"

Di tatap Manik merah darah yang menyala bagai siap menerkam mangsanya hanya membuat nya pasrah.

"Iya bang..."

Namanya latihan, gak akan menjadi hal serius kan?

Kan?

Kan....?















"Ais saudara-saudara mu itu mengerikan..." Gumam Air yang gemeteran di pinggir lapangan, menatap peperangan di depannya.

"Tembakan Solar—"

"Tak boleh jadi nih! NAGA BAYANG—"

"PUSARAN BELIUNG—"

"GOLEM TANAH!!"

"TETAKAN MEGA HALILINTAR!"

*INI MAH PERANG YA TUHAN!*Air menjerit dalam batin merasakan perubahan alam di sekitarnya.




Hari itu berakhir dengan jeweran telinga dari Tok Aba, yang menerima laporan keluhan warga atas kekacauan yang terjadi.

Dan semenjak itu Air menaruh respek untuk Ais yang bisa tetep tidur dengan saudara-saudara bagai bencana alam.




_________________________________________

Keknya cerita Air bakal Moss buat pecahan cerbung dulu.

Soalnya Moss belum tau konflik utamanya Air ini apa, belum ada villain nya :')

Short Stories By Moss.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang