Panas Kemarau.

93 9 0
                                    

"Huh?"

Matanya terbuka menatap langit-langit kamarnya, berkedip sebentar sambil mencoba mengumpulkan kesadaran.

Ini kamarnya. Matanya beralih ke samping melihat tempat dimana ia biasa meletakkan alarm jam dan kalender di ruangan emas coklat ini.

Tanggal 13 Mei, pukul 13.00.

Perlahan dirinya bangkit. Duduk dikasurnya sebentar sambil memegangi kepalanya, mencoba menghilangkan rasa sakit dikepalanya yang mungkin terjadi karena dia tertidur terlalu lama.

*Tumben aku kebablasan... * Batin nya pelan menatap ruangan nya.

Rasanya ada yang ganjal, tapi masalahnya apa?

Apa soal dia tidur hingga siang seperti ini? Mungkin, karena dia tahu kalau dia bukan tipe orang yang suka tertidur lama saat siang, tidak seperti temannya yang sudah menjelma menjadi beruang kutub itu.

"Sebentar... Apa yang barusan kulakukan tadi?" dia mencoba untuk mengingat-ingat apa yang dia lakukan sebelum tertidur... Tapi nihil, dia tidak bisa mengingatnya, "Haissh... Penyakit pikunku kambuh nih."

Apa boleh buat, dia memang sudah dikenal sebagai pelupa sejak dulu.

Baru saja dia mau beranjak dari kasur, nada dering telepon nya berbunyi keras, tanpa ragu dia mengambil handphone miliknya, mengecek siapa yang menelpon.

Di kontak tertulis ; 'Hali'.

Langsung saja dia menjawab panggilan itu, "Ya, Hali? Ada apa?"

*"Dimana? Janjian nya jam 1 bukan? Si Muson dan gue udah dateng nih." *

"Hah? Janji apa ya?"

*"Kamu... Lupa lagi? Katanya mau ketemuan di kafe?" *

"Oh, astaga. Maaf Hal, aku ketiduran. Tunggu sebentar, aku otw!" Ujar nya dengan panik, mematikan handphone tanpa mempedulikan suara si penelpon, segera masuk ke kamar mandi untuk bersiap.

Gempa menggelengkan kepala agar dia cepat segar seraya membiarkan air shower menyiram dirinya. Bagaimana bisa dia lupa? Dia ingat bahwa dialah yang mengusulkan ide ketemuan mereka hari ini tapi malah keteledoran.

Hari ini adalah hari libur, waktu yang cocok untuk hangout dengan teman ditambah dengan cuaca yang cukup cerah.

Bayangan mereka akan mengobrol ria lagi setelah melewati ujian sekolah memang menyenangkan, ditemani cemilan manis dan minuman dingin lalu setelah mereka akan jalan disekitar situ untuk melihat-lihat toko, lalu pulang bersama setelah Taufan hampir kecebur got—

*Kenapa aku yakin Taufan bakal kecebur got?* Gempa bungkam. Tatapan nya terkunci pada cermin didepannya. Manik emasnya saling bertatap dengan bayangan dirinya sendiri yang entah kenapa terasa seperti benar-benar menatap dirinya dalam-dalam.

Emas berkilau bertemu emas redup. Mulutnya terkatup seolah mencoba mengatakan sesuatu namun tidak berhasil. Dengan berat, Gempa akhirnya bisa mengeluarkan suara nya dengan ragu,

"Hei... Kenapa wajah ku murung begitu?"














Taufan benar-benar hampir terjatuh ke got.

"Dasar ceroboh! Apa yang akan terjadi kalau aku tidak menarik mu hah?!" Omel Halilintar sambil menjitak pelan kepala sahabat nya yang malah tertawa lebar.

"Tapi Hali masih sempet kan? Ululu~~ aku tahu kamu memang sayang aku Hali!" goda Taufan yang memegangi kepalanya.

"Najis. Amit-amit. Harusnya kubiarkan saja nyungsep kesana!"

Short Stories By Moss.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang