05 : Latihan 1

4.7K 595 14
                                    

Hosh... hosh...

Desahan napas mereka menggema di udara dingin pegunungan, seakan tiap tarikan dan hembusan menari bersama angin yang menyibak pepohonan. Kaki-kaki lelah mereka terus melangkah, menapaki jalan setapak yang semakin menanjak, memanjat lembah dan bukit yang tampak tak berujung. Tubuh mereka basah oleh keringat, seolah gunung itu sendiri telah memeras energi terakhir yang tersisa di dalam diri. Di antara mereka, (Name) berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, membiarkan oksigen tipis mengisi paru-paru yang telah kehabisan udara segar. Keringat menetes dari dahinya, membasahi wajah yang pucat oleh kelelahan. Kakinya bergetar, otot-ototnya menegang, seakan menjerit minta istirahat.

Di tengah pendakian tanpa henti, suara seorang pria tua memecah keheningan yang tebal.

"Oh, jadi kalian muridnya Nam Seongchun?" Suara lembut namun berwibawa itu datang dari seorang biksu, seorang sahabat lama Nam Seongchun yang kini berdiri di depan mereka, dengan wajah teduh dan senyum yang menenangkan. Ia adalah orang yang akan melatih mereka di puncak gunung yang kini tampak begitu jauh dari pandangan.

"Aku senang murid-murid Seongchun datang jauh-jauh ke sini," lanjutnya. "Pasti sulit menemukan tempat ini karena sepi. Kalian hebat bisa sampai."

Mata mereka menatap tak percaya. Biksu itu tampak begitu santai, seolah lelah tidak pernah menjadi bagian dari hidupnya. Tidak ada setetes keringat pun yang menghiasi wajahnya, seolah pendakian ini hanyalah jalan-jalan sore baginya. Wajah tenang dan damai itu tampak kontras dengan tubuh mereka yang dilanda kelelahan. Kaki mereka gemetar, napas tersengal-sengal, namun biksu itu berdiri tegak, menjadi simbol keteguhan yang abadi.

Hannam, yang sudah hampir kehilangan kesabarannya, mengangkat suaranya. "Pak... Ma-maksud saya, biksu! Sampai kapan kita mendaki?" Nafasnya tersengal-sengal, ucapannya disertai kelelahan yang nyata.

"Dari tadi kita mendaki tanpa henti..." keluhnya lagi sambil menyeka keringat yang mengucur deras dari dahinya. Wajahnya penuh dengan tanda-tanda kelelahan, sementara tubuhnya hampir roboh karena beratnya perjalanan ini.

Sang biksu tertawa pelan, suaranya lembut namun penuh kehangatan. "Haha... Baru segini, kenapa sudah capek? Kalian masih muda, tapi tenaganya nggak ada," ucapnya sambil terkekeh, membuat Hannam menghela napas panjang. Dalam hati, Hannam hanya bisa berbisik, ‘Di jalan pun sudah mulai pelatihan!’

Langkah demi langkah mereka lanjutkan, dan pendakian yang terasa seperti tak berujung itu semakin berat. Setiap meter yang mereka tempuh seakan menarik seluruh energi yang tersisa dari tubuh mereka. (Name) hampir mencapai batasnya. Napasnya semakin tersengal, dan tanpa sadar ia mempererat genggamannya pada tangan Minwoo, membiarkan pemuda itu menjadi penopang terakhirnya. Minwoo, yang merasakan beban di tangannya semakin berat, menoleh ke arah (Name) dengan tatapan penuh simpati.

"Hosh... Bertahanlah. Sebentar lagi kita akan sampai," ucap Minwoo lembut, suaranya mengalir seperti angin yang menenangkan. Walau tubuhnya sendiri terasa lelah, ia tak menunjukkan tanda-tanda menyerah. (Name) hanya mengangguk pelan, mengikuti langkah Minwoo dengan langkah-langkah kecil yang penuh usaha.

Beberapa saat kemudian, di antara kabut tipis yang melayang-layang di udara, mereka akhirnya tiba di sebuah kuil tua yang tersembunyi di balik gerbang empat dewa. Patung-patung raksasa berdiri tegak di sekeliling mereka, melindungi tempat suci itu dengan aura dingin dan agung yang terasa sampai ke tulang. Seperti raksasa penjaga, patung-patung itu berdiri dalam keheningan, menjadi saksi bisu perjalanan panjang mereka.

"Wah..." gumam Hannam dan Jay hampir bersamaan, mata mereka terpaku pada keagungan yang terhampar di hadapan mereka.

"Ini adalah tempat penjagaan keempat dewa dari empat penjuru mata angin. Mereka adalah para dewa yang menjaga di pintu masuk," jelas sang biksu, suaranya bergema lembut di antara dinding-dinding batu yang kokoh.

𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐈𝐍𝐃 || 𝐖𝐈𝐍𝐃𝐁𝐑𝐄𝐀𝐊𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang