41 : Ulang tahun

1.2K 205 38
                                    

Dan yah.. Seperti yang kalian tahu di chapter sebelumnya, (Name) pergi ke rumah Owen dan hanya berbincang sebentar dengan cowok bule itu. Niat awal ingin berlama-lama tapi apa daya, saat itu hari sudah larut.

(Name) pamit pulang, melambaikan tangannya kearah Owen yang tersenyum.

Cewek bersurai hitam itu menaiki sepedanya, melaju dengan cepat menuju rumah. Jalanan sekitar sudah sepi tapi beberapa tempat makan dan warung-warung kecil yang masih buka membuat (Name) tenang. Iya, tenang. Tenang karena setidaknya masih ada orang yang menemaninya secara tak langsung.

Huhhh... Pulang malam-malam memang mengerikan!

Beberapa saat kemudian, dia tiba di rumahnya. Memarkirkan sepedanya kemudian masuk kedalam tak lupa mengunci pintu.

BRUK!

(Name) mendaratkan bokongnya ke sofa empuk diruang tamu. Menghela nafas lelah dan memutuskan untuk berbaring disitu.

"Duh... Besok sekolah..." gumamnya. Benar, besok masih sekolah. Di jam begini harusnya dia sudah tidur dengan lelap namun matanya enggan tertutup walau sebenarnya dia sudah mengantuk sedari tadi.

Alhasil, dia bermain game. Berharap dia ketiduran dan bangun dengan cepat di esok hari.

"Aku nggak mau terlambat lagi..."


꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

"HAH...!" (Name) terbangun. Sebuah mimpi buruk yang baru saja membangunnya membuat jantung berdebar kencang. Merasa aneh dan takut bersamaan.

"Bangsat..." dirinya berdiri perlahan. Merapikan tempat tidurnya kemudian dengan cepat pergi ke kamar mandi untuk mandi tentunya. Setelah itu dia bersiap, memakai seragam sekolahnya sambil berpose sebentar di depan cermin.

"Kayaknya harus ganti rok, deh." monolognya kala melihat rok miliknya yang sudah semakin pendek walaupun lingkar pinggangnya masih pas. Dia berdeham sejenak lalu mengambil tas dan juga jaketnya.

Hari ini dia berniat bersepeda ke sekolah. Sesudah mengunci pintu rumah dan juga pagar, cewek itu langsung bergegas melaju dengan cepat. Dia agak nggak mood karena masih terbayang-bayang mimpi buruknya tadi.

"Hufffhh..."

Setibanya di sekolah, (Name) menuju parkiran. Memarkirkan sepedanya kemudian berjalan masuk ke dalam. Untung saja dia nggak terlambat!

"(Name)!" mendengar namanya dipanggil, (Name) menoleh mendapati sosok Hannam yang tersenyum kearahnya.

(Name) menghela nafas, "Kenapa?" tanyanya. Hannam sendiri masih setia dengan senyumannya, tiba-tiba merangkul sang dara dan berjalan bersama ke kelas mereka.

"Apa-apaan kau..." (Name) berucap pelan. Mendorong tangan Hannam dari pundaknya dan menatap tak suka ke cowok itu.

"Kau lagi sensitif, ya?" tanya Hannam. (Name) memutar bola matanya malas.

"Kalau nggak ada hal penting, aku pergi duluan." jawab  (Name) kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Hannam sendiri di koridor. Cowok itu mendesah kasar, mengacak rambutnya frustasi dan akhirnya ke kelasnya dengan lesu.

Jam pertama pelajaran dimulai. Para siswa-siswi pun belajar dengan tenang dan damai begitu juga dengan para guru yang mengajar mereka.

(Name) belajar seperti biasa, fokus pada catatan dan dengan cekatan menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru di kelasnya. Sebenarnya (Name) adalah siswi yang cukup pintar, hanya saja terhalang oleh kehadirannya yang sering sekali terlambat ke sekolah.

𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐈𝐍𝐃 || 𝐖𝐈𝐍𝐃𝐁𝐑𝐄𝐀𝐊𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang