Tiga hari kemudian...
"(Name)? Tumben datang sore-sore." Hwangyeon menaikkan sebelah alisnya kala melihat sosok (Name) yang baru saja tiba dengan sepeda. Netra sang adam terfokus pada sepeda milik (Name) yang dimana terlihat sangat menyedihkan.
(Name) memarkirkan sepedanya dengan sembarang. Melepas helm kemudian masuk ke rumah kediaman Choi Sangho a.k.a pamannya. Hwangyeon pun turut masuk, duduk di sofa tepat di sebelah sang keponakan lalu berdeham.
"Kenapa?" tanya (Name).
Hwangyeon menghela nafasnya kemudian menatap (Name) dengan senyum yang eum... aga.. agak ngeri.
"Maskeran, yuk." ajak Hwangyeon. Laki-laki dengan badan kekar itu berdiri, berjalan ke kamarnya kemudian keluar dengan dua saset masker wajah. Satu untuknya dan satu untuk (Name).
"Seriusan nih maskeran kita?" tanya (Name) seraya mengikat rambutnya. Hwangyeon mengangguk dan duduk berhadapan dengan (Name) di sofa.
Hwangyeon membuka masker wajah tersebut dengan gampang dan segera menaruh benda tipis berair itu di wajahnya. Dia pun membuka yang satunya lagi dan menaruhnya di wajah (Name).
"Dingin banget..." ucap (Name) pelan. Masker wajah itu menyejukkan kulitnya.
Kedua insan bermarga Choi itu pun memilih menonton TV bersama dengan masker di wajah masing-masing.
Ceklek!
Pintu terbuka, menampilkan sosok Sangho dengan wajah kusutnya yang berjalan masuk. Dia berhenti sejenak melihat Hwangyeon dan (Name) kemudian mereka bertiga saling bertatapan selama beberapa detik.
Helaan nafas terdengar, Sangho kelihatan benar-benar lelah entah karena apa. Ah, mungkin karena banyak kerjaan. Toh dia akhir-akhir ini jarang di rumah.
Hwangyeon dan (Name) kini kembali menonton TV tanpa mengatakan apa-apa begitu juga dengan Sangho yang langsung menuju ruangannya dalam diam.
Tiba-tiba saja Aria muncul dari dalam kamarnya. Dia memakai helm dengan sebuah keranjang di tangan. Cewek imut itu menyadari kehadiran (Name) dan menyapanya.
"Kak (Name)!" Aria mendekat dan tersenyum pada (Name) sedangkan orang yang di senyumi hanya melambaikan tangannya.
"Kau mau kemana?" Hwangyeon bersuara, penasaran kemana adik perempuannya itu ingin pergi namun diabaikan oleh sang puan. Perempatan imaginer pun muncul di dahi Hwangyeon.
"Hey! Kau mau kemana, Choi Aria?!" teriak Hwangyeon yang masih diabaikan Aria. Tanpa rasa bersalah karena sudah mengabaikan kakaknya, Aria langsung keluar begitu saja meninggalkan (Name) serta Hwangyeon yang teramat kesal sebab diacuhkan.
(Name) menghela nafas dan mengelus punggung Hwangyeon.
"Kasihan..." ucap (Name). Jujur dia benar-benar merasa kasihan karena Hwangyeon yang selalu ternistakan. Walaupun begitu, ada kalanya hal itu terasa lucu.
Hwangyeon kembali menyenderkan punggungnya ke senderan sofa. Masker wajahnya nampak miring, membuat (Name) ingin tertawa saat itu juga.
"Mau pesan ayam goreng?" ucap Hwangyeon tiba-tiba. Dia mengangkat ponselnya di depan wajah (Name) dengan seringaian.
"Mau...! Sama cola, ya!" ucap (Name).
Hwangyeon pun mengangguk pelan dan memesan ayam goreng serta cola untuk keduanya. Entah apa yang terjadi pada Hwangyeon. Hari ini dia baik sekali, tak seperti biasanya.
Atau mungkin (Name) yang baru menyadarinya?
Tak sampai setengah jam, pesanan mereka sampai. Mereka berdua makan dengan lahap dan bahagia seraya menonton TV. Sangho yang ada di ruangannya pun tak luput dari ajakan keduanya untuk makan bersama.
![](https://img.wattpad.com/cover/335849874-288-k667375.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐈𝐍𝐃 || 𝐖𝐈𝐍𝐃𝐁𝐑𝐄𝐀𝐊𝐄𝐑
Action➤; 𝐃𝐫𝐚𝐦𝐚 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐫𝐞𝐦𝐚𝐣𝐚-𝐫𝐞𝐦𝐚𝐣𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐛𝐚𝐬𝐚𝐧! ⌗ 𝐂𝐡𝐨𝐢 (𝐍𝐚𝐦𝐞), 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐞𝐩𝐞𝐝𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢𝐚𝐧...