38

1 1 0
                                    

Gio sedang menatap kosong ke arah luar jendela kamar nya dan sesekali ia menatap langit.

Ia juga menghapus air mata nya yang selalu jatuh dengan sendiri nya di tambah hujan yang seolah tahu tentang perasaan yang ia rasakan saat ini dan hujan tidak ingin membiarkan nya sendiri sama seperti Al yang selalu ada untuk nya.

Gio mengingat kembali ketika ia di obati oleh Al saat camping kemarin dan di lindungi dari sinar matahari saat ada pengumuman.

Flashback on :

"Al mau ngapain"

"Udah diam lo"

"Gapapa Al biarin aja nanti sembuh sendiri"

"Bisa infeksi gio udah diam lo ga usah banyak omong"

Saat di lapangan :

Gio menatap ke atas kepala nya ia melihat tangan Al yang sedang menutupi wajah nya agar tidak terkena cahaya matahari.

Setelah selesai pengumuman Gio langsung menatap Al.

"Thanks"

"Iya gw khawatir muka lo kan gampang merah lagian punya muka gitu amat"

"Iya sih gw juga bingung kenapa"

"Lain kali pake topi"

"Panas anjir kalo pake topi"

"Ciri-ciri manusia ga mau sakit tapi ga mau usaha mencegah sakit nya"

Gio langsung tertawa mendengar ucapan Al yang selalu benar, mereka berdua pun langsung masuk ke dalam kelas.

Flashback off.

Harus kah ia secepat itu kehilangan sosok sahabat yang menurut nya lebih dari sahabat melainkan saudara nya sendiri.

Al memang yang paling kecil di antara mereka tapi sikap nya paling dewasa di antara yang lain nya.

Mengapa orang baik harus pergi secepat ini?

Bahkan Gio belum siap untuk kehilangan nya dan tidak akan pernah siap.

Tapi Tuhan terlebih dahulu mengambil dari nya.

"Lo jahat Al, lo...." Gio tak kuasa melanjutkan ucapan nya karena rasa sakit di dada dan tenggorokan yang sudah mengeluarkan kata-kata seolah menyuruh nya untuk berhenti.

Gio menatap ke arah langit "Sekarang lo udah di atas sana ya pasti lo jadi bintang yang paling terang Al karena lo itu orang baik bahkan baik banget"

"Gw sama yang lain bersyukur pernah ada lo di kehidupan kita semua, lo selalu jadi obat tapi sekarang lo jadi luka nya"

"Lo ingat ga waktu camping kemarin lo obati gw jadi itu terakhir kali nya ya gw di obati sama lo"

"Lo juga yang tutupin muka gw pas ada pengumuman lo ingat itu kan Al karena lo bilang muka gw gitu amat haha ternyata itu terakhir kali juga ya"

Tangis nya semakin kencang ketika ia sadar jika dirinya bicara seorang diri berharap ada sahutan dari Al tapi itu hanya lah mimpi untuk saat ini.

"Gimana kita mau ikhlas Al kalo yang pergi orang nya sebaik lo"

"Lo selalu ada di saat kita lagi butuh, lo selalu jadi mentari tapi saat ini lo udah jadi hujan yang harus kita semua lalui"

"Apa salah kalo gw masih berharap ini semua mimpi?"

"Gw pengen lo sekali lagi Al gw mohon"

"Kita semua sayang lo kita butuh lo, kenapa lo harus pergi secepat ini"

RUMAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang