4. Bercerai atau tidak

135 45 8
                                    

"Terkadang puzzle yang sudah kita susun sempurna, dipaksa hancur oleh guncangan yang ada diluar kendali kita."

Niolip
.

Kayrena melangkahkan kakinya, begitu tergesa-gesa kedalam rumahnya. Tas ransel coklatnya tidak ia gendong, melainkan memegangnya dengan lemas sehingga tas tersebut terseret-seret ke lantai. Hari ini begitu melelahkan baginya. Dan satu yang sangat ia ingin tuju sekarang, kamarnya yang berada dilantai dua.

Namun ia mendadak berhenti dan mengurungkan niatnya, ketika ia melewati kamar orangtuanya. Ia melihat Dayu—mamanya dikamar, sedang mengenas banyak barang. "Ma?" panggil Kayrena pelan lalu mendekat ke arah depan pintu. Ia membuka lebih lebar kamar mamanya, dan ia tampak kebingungan setelahnya. "Mama ngapain? Kenapa barang-barangnya dimasukkan ke dalam dus seperti itu?"

Dayu memberhentikan kegiatannya, ia menoleh ketika mendapati putrinya sudah pulang. "Kau sudah pulang sekolah rupanya ... Sini, sayang. Ada yang ingin mama bicarakan sama kamu,"

Kayrena menaruh ranselnya ke atas kasur disana, lalu duduk membelakangi mamanya. Lantas Dayu ikut bangkit, dan duduk disebelah putrinya itu. "Loh, sebentar!" Wanita dewasa ini memegangi pipi kanan Kayrena. Terihat beberapa goresan didekat bibirnya. "Kamu kenapa? Ini kenapa banyak goresan seperti ini?"

Kayrena terkesiap, bagaimana bisa ia lupa kalau tubuhnya banyak sekali luka-luka kecil sebab pertikaiannya dengan Geyna pagi tadi. "Ini ma, tadi aku garuk. Terlalu bertenaga," Ia mencoba berbohong. "Aku digigit nyamuk, tadi," lanjutnya, berharap mamanya yakin dengan kalimatnya.

"Serius?" Kayrena mengangguk membalasnya. "Hati-hati makanya," sambung Dayu lagi.

"Jadi mama mau bilang apa?"

Dayu tampak diam untuk beberapa detik, ia terlihat seperti memiliki banyak hal untuk disampaikan. "Sebelumnya mama mau minta maaf sama kamu,"

"Soal apa, ma?"

"Mama rasa kita harus pindah–" Ucapan Dayu terpotong.

"Pindah? Kenapa pindag, ma?" Kayrena kaget, dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Dengar dulu sayang," pinta Dayu pelan, "Mama harus bayar banyak sekali denda terkait kasus papa kamu, jadi mama berencana untuk menjual rumah ini."

Mendengar itu, Kayrena langsung mengerti kemana arah pembicaraan. Tampaknya, banyak sekali kerugian dalam keuangan setelah kasus Hendranatha terjadi.

"Dan, mobil ... ," Dayu begitu kesulitan untuk berbicara, perasaan tak enak hati merajalela dihatinya.

"Mama mau jual mobil juga?" tanya Kayrena tanpa ragu.

Dayu mengangguk pelan, "Bagaimana? Kamu tidak apa-apa soal ini?"

Kayrena mengangguk, "Aku nggak apa-apa sama sekali, ma."

"Kamu tidak punya mobil dan rumah mewah lagi, sayang. Semuanya hancur berantakan karena tindakan papa,"

Kayrena mendengar suara mamanya kian serak, tampaknya wanita itu menahan tangisnya. "Ma, it's okay ... ," serunya pelan, mengelus pelan punggung mamanya.

"Kenapa papa tega sama mama?" Tangis Dayu langsunh pecah sempurna, ia tak sanggup lagi menahannya. "Mama malu, sayang. Kenapa papa–"

ADKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang