"Terima kritik saran, ya! Happy reading<3."
Niolip
.Semua yang tadinya memiliki kesibukan masing-masing, kini pandangan mereka tertuju kepada satu titik. Ditengah-tengah kantin tampak seorang gadis melemparkan sepuntung rokok sisa, ke arah laki-laki dihadapannya.
"Beneran nggak ada sopan santunnya, lo. Jadi orang! Lo nggak liat bakso gue? Lo nggak liat ada orang makan? Ngga bisa seenaknya, dong!" pungkas gadis itu—Kayrena—sosok pembuat keributan disini, ia tampak begitu kesal dari sorot matanya.
Melany bangkit, ia terus menarik tangan Kayrena sekuat yang ia bisa. "Udah ... , lo bisa makan punya Rayen," bisiknya, menyadari kalau banyak orang menonton ke arahnya.
"Bukan masalah itu, Mel. Ini itu tentang prilaku, emang disekolah ini nggak diajarin tata tertib sopan santun? Kayak, dengan seenaknya dia ngerokok, terus ngelempar sampahnya sesuka—" Kalimat Kayrena yang hendak mengutarakan kekesalannya kembali, terpotong.
"Jaga omongan lo." Rupanya laki-laki ini juga kesal, bahkan lebih kesal kala banyak pasang mata memperhatikannya, ia merasa risih. Dengan cepat ia merogoh saku bajunya, mengambil lembaran uang berwarna biru dengan cepat. "Puas?" tanyanya kala menaruh uang tersebut ke atas meja Kayrena.
"Eh, gue nggak butuh uang lo, ya! Lo kira gue nggak bisa beli lagi?" protes Kayrena, menambah kacau pikiran laki-laki itu—Adrian.
"Terus mau lo apa?" Adrian mendengkikan sedikit nadanya. Ia menatap marah sekaligus mengerutkan alisnya. "Kurang?" Ia kembali mengambil uang disakunya dan menyodorkan paksa ke arah Kayrena.
"Lo nggak ada rasa bersalah apa gimana, sih? Gue nggak miskin banget sampe harus beli bakso pake uang, lo!" Kayrena tak habis pikir, ia mengambil uang milik Adrian dan menaruh paksa pada saku bajunya. "Nggak ada niatan minta maaf habis buang rokok lo sembarangan? Mau gue laporin guru, muridnya ngerokok disekolah?" Melihat Adrian yang begitu menjengkelkan, mengundang langkah Kayrena untuk melangkah lebih maju.
Kayrena, mengabaikan seluruh umpatan bahkan sorakan yang ditujukkan kepadanya dari orang-orang. Perasaan jengkel dihatinya, nyata adanya. "Jaga mulut, lo." Adrian kembali terlihat memperingati dengan nada datarnya.
"Udah ngerokok sembarangan, isi belagu lagi," seru Kayrena masih tak terima, ia sendiri tak percaya kalau sosok Adrian lah yang ada dihadapannya saat ini. Laki-laki dalam wisata masa lalunya.
"Huft ... ," Adrian menghembuskan nafasnya berat, tatapan tajam Kayrena tak bisa ia balas. "Terserah," serunya singkat sebelum akhirnya mengambil langkah kasar sedikit ke depan. "Nggak kasian sama tenggorokan?" kalimatnya, seraya mengambil kembali uang yang ditaruh Kayrena ke dalam sakunya, "Caper," suaranya sedikit terdengar menurun, ke arah telinga gadis didepannya.
Kayrena membuat kepalan bogem ditangannya."Wes ... Slow ... Kak. Mending kita ngebakso bareng?" Seorang laki-laki mengurungkan niat gadis ini yang hendak memukul. Ia juga melingkarkan tangannya ke leher Adrian.
Adrian menepis kasar sebuah rangkulan yang ditujukan ke arahnya. "Diem, lo." Laki-laki ini hendak melangkah pergi segera.
"Dik, ini mie ayam yang di pesen. Mau ditaruh di meja mana?" Adrian terkesiap kala seorang ibu-ibu dengan membawa mangkuk panasnya datang.
"Buang aja, bu."
Adrian tak peduli ibu didepannya menggeleng tak percaya. "Loh? Gimana ini?" Ia melihat pembelinya pergi begitu saja dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADKA
Teen Fiction"𝐓𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧, 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧. 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐨𝐛𝐚𝐭, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫𝐤𝐮 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐧𝐝𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧...