"Thank you so much for reading my story. So sorry for any mistake<3."
Niolip
.Hati Kayrena terus terasa berdebar kian detiknya, kala seorang laki-laki mulai melangkah masuk ke dalam kelas, tubuh tinggi itu mengarah lurus dan berhenti tepat didepan gadis ini. "Ke–kenapa, kak?" kalimatnya sedikit gagu. Dirinya terpatung, menonton pergerakan cepat kakak kelas dihadapannya.
"Gue mau ngasih uang," balas Adrian, usai mengambil beberapa lembaran uang berwarna merah dari saku bajunya.
"Hah? Buat apa? Ngapain?" tanya Kayrena histeris, mendorong jemari Adrian untuk mengurungkan kegiatannya.
"Handphone lo, jadi rusak," balas Adrian, melawan dorongan Kayrena.
"Nggak usah! Kak! Ngapain! Bawa!" Kayrena bersikukuh. "Ngapain kakak yang ganti rugi! Ini uangnya banyak, loh!"
"Sejuta, banyak?" pikir Adrian, dalam wajah tenangnya. "Ini dari Mishela."
Kayrena terdiam mendengarnya, "Kak Mishela?" pikirnya, tapi tetap saja ia tak boleh mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti ini. "Nggak perlu, kak. Lagian, yang rusak cuma LCD, jadi–"
Adrian menghindari tangan Kayrena, tubuh besar ini bergerak lebih lancang ke arah tas milik Kayrena. Dengan cepat ia memasukan tangannya ke dalam sana untuk menaruh uang yang ia bawa sedari tadi. "Jangan ngeribetin gue," ketusnya, dan Kayrena langsung dibungkam.
Gadis ini tak bisa mengelak lagi, "Kak, serius ini nggak apa-apa? Ini uangnya nggak sedikit, loh?"
Adrian menegapkan posisinya, "Gue pergi, ya," jawabnya diluar pertanyaan. Tanpa menunggu balasan Kayrena, laki-laki ini lebih memilih memutar badannya dan melangkah.
"Kak Adrian, tunggu!" Adrian yang baru selangkah didepan lantas berhenti dengan cepat, dan menoleh. "Hari ini Kak Adrian ada urusan mendadak, apa? Maaf aku lancang."
Adrian tak bisa dipandang begitu lama, sehingga ia dengan cepat memalingkan wajahnya agar tidak bertatapan dengan Kayrena.
"Ta-tapi aku nggak apa-apa, kok, sama Rayen. Ma-maaf udah ganggu waktu kakak." Kayrena mengurungkan rasa ingin tahunya, seharusnya ia sadar siapa dirinya sebelum melontarkan kata-kata. "Lo bukan siapa-siapanya, Kay! Lagian juga, bagus banget kalau lo mulai ngejauh sama Kak Adrian, kan?" batinnya menggerutu. Ia menyadari, Adrian yang tak kunjung menjawab, "Kak, nggak apa-apa! Balik aja, balik. Maaf ganggu waktu kakak! Makasih, ya!" ujarnya semangat, mengusir Adrian dengan menyapu jemarinya memberikan isyarat untuk segera pergi.
Adrian menghela nafasnya yang berat, ia berpikir sejenak sebelum benar-benar pergi. Netranya memandang ke sekeliling arah, tampak kelas Kayrena yang hampir sepi total. "Maaf, ya," ucapannya tertahan.
"Iya, kak! Nggak apa-apa, serius. Maaf udah nanyain kakak. Pasti gue ngerepotin kakak banget kemarin-kemarin." Kayrena memasang wajah tak enak hatinya.
"Rayen bakal ngejagain, lo, kok. Tenang aja."
Kayrena ternganga, "Rayen?" batinnya, "Kenapa Rayen yang dibahas, sih?" keluhnya lagi didalam hati. Dibalik itu, ia memasang wajah tersenyum dan mengangguk. "I-iya, kak."
"Gue jamin nggak ada hoax tentang kita lagi."
Kayrena kembali memalsukan anggukannya, "Hehe ... ," tawanya kecil, "Bener, kak. Bener ... ," nadanya mengecil, kala Adrian kini benar-benar pergi dari hadapannya. Ia terus memperhatikan bagaimana tubuh laki-laki itu menghilang dari balik pintu. Jujur, ada perasaan sedikit tak terima dihati Kayrena. "Gue kenapa, sih!" gerutunya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADKA
Fiksi Remaja"𝐓𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧, 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧. 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐨𝐛𝐚𝐭, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫𝐤𝐮 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐧𝐝𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧...