"Thank you udah baca cerita aku! Jangan lupa vote, komen, ya<3. Lop!"
Niolip
.Tampak Adrian kehilangan kendali pada motor yang ia bawa ini. Kedua tangannya merasa tidak stabil, dan dirinya memilih untuk menepikan motor hitam besarnya ini. "Eh, eh! Gue lagi nggak ada protes, loh! Kenapa lo malah berhenti? Lo mau nurunin gue?" jerit panik Kayrena yang duduk dibelakang.
"Turun." Dan dugaan gadis itu benar, Adrian menyuruhnya untuk turun.
"Lo, a–apa-apaan! Lo serius nyuruh gue turun? Dipinggir jalan kayak gini?" Kayrena belum bergerak pada posisi duduknya.
"Ban gue kempes."
"Oh." Kayrena menurunkan nadanya, nyatanya opininya selalu salah. "Kok bisa kempes?"
"Makanya turun." Adrian menjawab dengan malas.
"Iya-iya." Kayrena turun dengan perlahan, usai menjadikan pundak Adrian sebagai tumpuan untuk membantunya turun. Kini dilanjuti dengan Adrian yang sudah berdiri di tepi motornya yang telah ia dongkrakkan. Laki-laki itu membuka helm fullfacenya, dan menyodorkannya kepada Kayrena dengan niat ingin dipegangkan. "Apa?"
"Bawain."
"Dih," ketus Kayrena, meraih helm tersebut. Dirinya menonton Adrian yang berjalan kesana kemari mengitari motornya, "Gimana kak?" tanyanya penasaran.
"Bocor."
"Hah? Kok bisa bocor?" Kayrena masih penasaran, ikut membungkuk-bungkukkan badannya meneliti ban milik Adrian. Ia sibuk mencari dimana letak permasalahan yang tak kunjung ia temukan, "Mana sih, yang namanya bocor?"
Adrian yang berjongkok disebelah ban dihadapannya, menghembuskan nafasnya panjang. "Ini, liat nggak?" Jemarinya menunjuk ke arah satu titik di mana terdapat sedikit robekan pada ban belakang diahadapannya.
"Oh ... ," nada Kayrena panjang, "Terus, gimana?" serunya lagi. Adrian bangkit, dan berdiri disebelah motornya hendak menjalankannya dengan mendorong. "Lo seriusan mau dorong?" pikirnya, mengamati gerik lelaki didepannya yang mulai berjalan. "Tungguin gue!" jeritnya, lalu menyusul langkah Adrian yang sudah berjalan mendahuluinya.
Kayrena berinisiatif untuk membantu, satu tangannya ikut mendorong dibagian ekor motor. "Udah, nggak usah." Adrian bertitah kuat, mengejutkan gadis tersebut.
"I-iya," sahut Kayrena ragu. "Semangat," ujarnya, sembari berjalan ke atas trotoar. "Ngomong-ngomong kita bakalan jalan seberapa jauh? Capek gue."
Adrian menoleh, "Lemah," umpatnya mengundang emosi Kayrena.
"Dih, sipaling kuat." Kayrena sesekali memainkan batu kerikil yang ia temui dijalan, lantas menendangnya ke satu titik. "Gol ... ," bisiknya pelan, ia mengisi harinya sendiri karena sosok disebelahnya tak bisa diajak berbincang begitu lama.
"Stres." Adrian kembali mengumpat.
"Lama-lama gue lempar ni helm lo, ya!" ancamnya.
"Berani?"
"Wah! Ni orang!" Kayrena berucap tak percaya, kenapa Adrian sangat hobi menantangnya. "Jing, gue laper." Ia menggerutu lagi dengan pelan usai keheningan terjadi. "Masih jauh?" tanyanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADKA
Teen Fiction"𝐓𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧, 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧. 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐨𝐛𝐚𝐭, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫𝐤𝐮 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐧𝐝𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧...