5. Adrian, cowo terngeselin!

136 43 17
                                    

"Jika kita tidak sanggup, tuhan akan selalu mengirimkan bantuan, apapun bentuknya."

Niolip
.

Semenjak Kayrena masuk ke ruang BK terkait pertikaiannya dengan Geyna, ia benar-benar harus menjaga dirinya agar tidak membuat masalah lagi. Surat peringatan pertama telah ia dapatkan, padahal ia baru saja bersekolah. Jangan sampai ia mendapatkan surat peringatan dua, dimana surat tersebut harus sampai kepada orangtua. Tentu saja, ia tak mau membuat beban mamanya dirumah bertambah. "Aku harus menahan diriku sendiri, bagaimana jika ini akan mengancam beasiswa prestasiku?" batinnya sembari asik menulis latihan soal, di dalam kelas.

"Kay," Kayrena langsung menoleh ke sebelahnya ketika ia merasa dipanggil. "Di panggil sama, Geyna. Dia dibelakang," gadis disebelah Kayrena kembali berucap dengan sedikit berbisik.

Lantas, Kayrena langsung membalikkan badannya sedikit agar bisa menjangkau sosok Geyna yang duduk didaerah belakang. Raut wajahnya bertanya ada apa, dan Geyna langsung menunjuk layar ponsel yang ia genggam dimana ia mengisyaratkan kepada Kayrena untuk melihat handphone miliknya. "Chat,"

"Apa, sih? Nggak jelas banget, dia buta atau apa," kesal Kayrena dalam hati, "Sudah tau ada guru didepan," sambungnya lagi. Lalu perlahan ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan menyembunyikannya dibalik kolong meja. "Dia chat apa? Penting banget?" monolognya mengeluh lagi.

Dan benar saja, Kayrena mendapatkan beberapa bubble chat dari Geyna. Ia pun membacanya perlahan. Kerutan alis langsung ia buat pada raut wajahnya, "Apa-apaan?" keluhnya dalam hati. "Ngapain dia nyuruh gue beliin makanan waktu istirahat nanti? Berani ngelunjak."

"Kayrena,"

Dengan spontan, yang dipanggil langsung menaruh handphonenya kasar ke dalam kolong. "I-iya, bu? Ada apa?" tanyanya kepada sang guru yang tadi tengah mengajar.

"Apa yang sedang kamu lakukan sampai menunduk seperti itu?"

Kayrena membulatkan matanya sempurna. Gelagatnya panik, ia menyadari banyak orang menjadikannya pusat perhatian saat ini. "Ti-tidak ada, bu." Ia mencoba berbohong.

"Jangan main-main di pelajaran saya," pinta sang guru dengan tegas.

"Iya, bu. Saya minta maaf," Jantung Kayrena berdegup kencang.

"Ibu mau kamu selesaikan soal nomor 2 dan 3 lengkap dengan penjelasannya," titah guru itu, memberikan arahan.

Kayrena langsung mempersiapkan jawabannya usai memeriksa soal yang dimaksud oleh guru biologi tersebut. "Jadi untuk soal nomor 2 itu, ada sekitar 7 sampai 8 ciri-ciri eubacteria," Ia terus menjelaskan dengan pelafalan yang begitu bagus. Tampak seperti seseorang yang telah menguasai materi dengan baik. Jawabannya tak ada yang meleset, bahkan guru didepannya dibuat puas.

Disisi lain ada sosok Geyna yang menatapnya dengan tatapan tak suka. "Dih, caper," pungkasnya pelan.

Teman sebangkunya menyadari kekesalan Geyna itu, "Jangan mau kalah saing, Gey," imbuhnya pelan.

"Gue nggak akan bersaing sama dia, karena gue yang pegang nyawanya sekarang," jelas gadis itu panjang, membuat teman sebangkunya kebingungan.

"Maksudnya?"

"Lihat saja," Geyna tersenyum tipis.

-

ADKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang