7. Menjadi babu

111 47 51
                                    

"Kita punya rasa tidak sabaran, tapi tuhan punya rencana."

Niolip
.

Berbulan-bulan kehidupan menyedihkan bagi Kayrena, ia jalani dengan tabah. "Emosi dikit, tapi nggak apa-apa deh. Dikit lagi UAS dan gue harus jadi juara satu," batinnya membawa banyak sekali barang belanjaan dari kantin. Ada sekitar tujuh kresek lebih yang ia bawa di kedua jemarinya.

Menjadi kurir kantin, sudah Kayrena jalani selama kurang lebih tiga bulan. Semua terjadi sejak hari dimana nama baiknya merosot dimata warga kelasnya. Gadis ini tak pernah memberontak lagi, ia sudah berdamai dengan keadaannya. Yang ia pikir, sebentar lagi ia akan segera pergi dari sekolah yang menyedihkan ini.

"Gue bantu satu, ya."

Kayrena terkesiap kala suara berat tiba-tiba datang dari arah belakang. Seorang laki-laki yang membawa susu coklat di tangan kanannya, mengulurkan tangan satunya untuk memberikan bantuan. "Nggak perlu, Far. Gue bisa sendiri, kok."

Faro, tak peduli tolakan Kayrena. Laki-laki ini memilih langsung merebut kresek-kresek berisi banyak macam makanan, dari tangan kiri Kayrena. "Sekalian jalan ke kelas,"

Kayrena terpatung sejenak, "Makasih, Far. Bener nggak apa-apa, nih?" tanyanya ragu. Lalu ia lihat, Faro menggeleng dan terkekeh. "Pacar lo gimana? Nanti dia lihat, malah jadi nethink kan bahaya."

Faro tersenyum tipis, memberhentikan kegiatan meminum susunya dari sedotan. "Pacar gue mah baik orangnya, nggak kayak Geyna sama squadnya. Bahkan dia yang nyuruh gue untuk belain lo, dikelas."

Kayrena mendengar dengan perasaan tak percaya, ia tak mengenal pacar Faro, tapi gadis itu sangat baik terhadapnya. "Kelas berapa pacar, lo? Gue jarang banget liat, jadinya nggak begitu tau mukanya,"

"Kelas IPA 4, jarang banget mau ke kelas, gue. Harus gue dulu yang nyari dia," bincang Faro.

Kayrena tertawa kecil, "Namanya juga mau diperhatiin sama pacar. Wajar, lah."

Faro menoleh dan menatap Kayrena, "Lo, kenal Adrian?" tanyanya memulai topik baru.

Adrian, sebuah nama yang sudah sekian lama tak ia dengar. Sosok laki-laki menjengkelkan beberapa bulan lalu. "Kok lo tiba-tiba nanyain dia? Lo kenal?"

"Kenapa malah nanya balik?" balas Faro tak terima. "Dia temen futsal gue, yang beberapa bulan lalu sekolahnya sparing sama sekolah kita."

Kayrena sebenarnya sudah tahu tentang sparing tersebut. "Kenapa lo tiba-tiba nanyain dia ke gue?" tanyanya bingung. "Cowo sombong, nggak jelas gitu," umpatnya teruntuk Adrian.

"Lo masih bawa baju futsalnya dia?" tanya Faro lagi.

Pertanyaan terakhir Faro, membuat Kayrena berpikir lebih keras. "Lo sedeket apa sama dia? Darimana lo tau?" tanyanya kembali, lebih heran daripada sebelumnya.

Faro tertawa, "Kenapa lo serius banget, dah?" pungkasnya tak percaya dengan reaksi Kayrena. "Gue liat waktu itu, di depan gerbang sekolah, lo mgeluarin baju futsal dia terus lo masukin lagi."

"Astaga ... ." Kayrena berkata dalam hatinya. "Oh ... Gue kira kenapa, udah gue buang bajunya. Bilangin sama temen, lo. Jadi orang jangan seenaknya!"

ADKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang