"So far, so love, thank you
for read my story<3. Jangan lupa cek tiktok @Niolip__ untuk konten terkait ADKA."Niolip
."Pinter ... Pinter banget!" jerit panjang seorang gadis didalam sebuah kelas, ia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah meja belakang. "Habis Kak Adrian, Kak Mishel. Gue yakin habis ini lo nyari masalah sama kepala sekolah," sambungnya lagi, menggeleng heran kepada temannya yang hanya terduduk dengan tatapan kosong, ia melamun. "Gue ngomong sama lo, Kay!" Kayrena enggan menjawab, wajahnya mengusut tiap detiknya, bahkan ia mengacak surai rambutnya kasar, membuat kesan berantakan.
"Udah, nggak usah dipikirin, Kay."
Kayrena menoleh pada suara berat, teman sebangkunya.
"Rayen ... ."
"Melan ... ," Rayen, yang merebahkan setengah badannya, balik menyahuti Melany dengan nada sama.
"Nggak bisa dong, kalau nggak dipikirin? Lo nggak lihat anak-anak kelas tadi? Setengah dari mereka nyerang Kayrena, loh. Untung ada gue sama lo," nada Melany tak terima.
"Ya, terus lo mau gimana lagi? Salah temen lo yang nyari gara-gara." Rayen menenggelamkan kepalanya ke lipatan tangan yang ia buat diatas meja. "Balik lo ke sekolah lama lo di Bali."
Melany mendengus kesal, "Kay, dengerin gue." Kayrena menatap Melany serius, masih tak bersuara. "Lo bener-bener harus jaga mood lo yang nggak stabil itu!" Kayrena mengangguk perlahan. "Lo nggak mau kan, lo mengulang nasib yang sama meski dengan cerita yang beda? Lo harus nurut!" Melany tampaknya memberikan temannya ini peringatan.
Rayen mendongak, menjadikan tangannya tumpuan pada dagu, "Udah, lo bakal aman aja, Kay. Percaya sama gue," seru Rayen mencoba menenangkan, "Jangan dengerin Melany, orangnya over act, alias lebay."
Melany mengerutkan alisnya, tangannya membuat kepalan bogem, "Rayen! Ini bukan masalah sepele. Kayrena nggak kayak lo yang emang udah terkenal freak disekolah ini."
Kayrena melirik Rayen, "Lah? Lo famous gara-gara freak disini?"
"Jaga mulut, lo. Ya! Nggak gue bagi jawaban fisika, lo!" ancam Rayen, "Gue terkenal, pure karena prestasi, Kay. Jangan remeh, lo. Mentang-mentang gue nggak kulkas kayak Kak Adrian."
"Eleh, sipaling freak disekolah!" Melany masih mengatai Rayen, temannya.
"Lo terkenal karena apa, dong?" tanya Kayrena bingung.
Rayen memukul meja dihadapannya serentak dengan kedua tangannya, ia membuat senyuman aneh diwajahnya, "Ciah!" serunya, "Nggak tau dia," Rayen menarik nafasnya panjang, "Meski gue masih kelas sepuluh, coach percayain ketua tim basket sekolah ke gue. Dan!" Ia menjeda kalimatnya, "Baru satu semester gue sekolah disini, tim basket gue udah lolos seleksi final nasional untuk pertandingan selanjutnya. Itu artinya, gue berhasil rebut medali emas, waktu tanding seprovinsi kemarin. Mas keren, kan?" kalimatnya diakhiri dengan melucu.
"Ewh! Mas-mus-mas!" Lain dengan Kayrena yang ternganga, Melany balik mengekspresikan perasaan tak suka, "Inget, mas! Diatas langit masih ada lamgit."
"Tapi ... Diatas, Rayen? Masih ada Rayen, juga!"
"Eh, siapa bilang?" Melany tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADKA
Teen Fiction"𝐓𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧, 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧. 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐨𝐛𝐚𝐭, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫𝐤𝐮 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐧𝐝𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧...