11. Laki-laki batu, katanya

120 46 77
                                    

"Thank you for reading my story! Happy reading<3"

Niolip
.

"Ini hari pertama kamu sekolah, serius kamu tidak mau mama antar?"

Kayrena menggeleng cepat, sembari melahap sarapannya, "Ma, aku mau naik bus. Kapan lagi, rumah kita deket banget sama halte ... ."

Dayu mendengus tak percaya, "Emang kamu berani?"

"Loh?" Kayrena tak terima, "Udah hampir sebulan kita pindah kesini, aku udah belajar banyak hal soal lingkungannya, ma." Gadis ini menjelaskan, meski bibirnya penuh dengan roti.

"Iya-iya ... ." Dayu mengalah, "Nanti, mama seperti biasa pulang agak malaman, ya. Mama kan sekarang sudah kerja di perusahaan papa kamu dulu, jadi mama harus lembur biar kinerja mama dilihat bagus."

Kayrena mengangguk, "Iya, ma. Jangan khawatir sama aku. Ok?" Kini gadis ini bangkit, mempersiapkan dirinya.

"Mama anter sampe halte, ya? Lumayan kamu jalan ke depan, loh."

"Mama repot, isi keluarin mobil lagi, kita kan nggak punya motor," gerutunya, "Aku duluan, ya. Jugaan halte didepan gang," sambungnya bersaliman dengan Dayu begitu cepat."See you, Ma!"

Kedua bola mata Dayu berbinar, melihat putrinya begitu tampak bersemangat. "Dasar, harusnya dari dulu aku pindahin kalau tau gini," batinnya menggerutu.

Kayrena menikmati tiap menit waktu yang ia habiskan untuk menunggu bus datang. Sesekali ia membuka ponselnya, melihat pesan terus berdatangan sari sahabatnya—Melany. "Dasar nggak sabaran banget, nih, orang." Ia tersenyum seraya membaca tiap bubble chat yang berdatangan.

Hingga kendaraan besar berwarna biru, berhenti tepat dihadapan Kayrena. Ia akhirnya menyadari satu hal, ternyata ia tak sendirian menunggu datangnya bus, beberapa anak sekolahan terlihat sudah berada didalam.

Kayrena masuk, dan langsung mengeluarkan lembaran uangnya untuk membayar biaya bus. "Sekolah SMA Mahakencana, ya, pak." Bapak supir mengangguk dan tersenyum ramah, ia mengisyaratkan Kayrena untuk segera duduk.

"Hah? Demi apa, setan?" batinnya tak percaya, tubuhnya membeku sempurna ditengah-tengah langkahnya. Pandangannya terarah ke ujung bus, sosok laki-laki yang menyandarkan kepalanya seraya memejamkan matanya. "Setan ... ," batinnya panjang, ia mengumpat. "Gimana ceritanya Adrian ada disitu! Shit!"

"Dik, buruan duduk!" pinta sang supir, mengejutkan Kayrena. Lantas gadis ini pun terburu-buru berjalan, melihat kesekeliling dengan cepat.

Banyak orang menduduki tempat kosong di daerah depan, tak sedikit pula ibu-ibu menduduki tempat di bagian depan. "Duh, kalau duduk sebelahan sama orang, nggak enak banget," pikirnya melihat kursi kosong disebelah bapak-bapak. Ia juga melihat beberapa siswa memenuhi beberapa tempat. "Banyak juga yang make bus, ya?" pikirnya.

Dan sialnya, Kayrena sudah berjalan hingga ujung bus. Hanya bagian paling belakang yang kosong, satu-satunya yang ada disana adalah Adrian.

Merasa bus akan segera berjalan, mau tak mau Kayrena harus duduk dengan cepat. Ia duduk di sisi ujung yang lain. Tampaknya, Adrian tidak menyadari kehadiran Kayrena disini.

"Gimana ceritanya dia juga naik bus?" pikirnya lagi, karena ia merasa bahwa ratio kemungkinan ia bertemu dengan Adrian 1 berbanding 1000. Tapi, bagaimana bisa ia malah bertemu tepat dihari pertamanya sekolah.

ADKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang