"Selagi rumah menanti dirimu, tidak ada jalan yang bisa membuatmu tersesat."
Niolip
.Begitu kencang jantung milik Adrian berdetak. Tepat ketika kedua manik matanya mendapati sosok gadis tengah berdiri tepat di tepi pembatas atap. Gadis itu dilihatnya menangis, sembari meremat-remat sebuah ponsel ditangannya. Kayrena–sosok gadis yang ia cari sedari tadi.
Tentu langkah cepat segera diambil oleh Adrian, matanya ikut memanas melihat pemandangan yang begitu mengejutkan baginya ini. Isak tangis semakin terdengar kuat, bersamaan dengan langkah kakinya yang mendekat.
Adrian mulai merasa, gadis dihadapannya ini seperti akan segera melakukan hal yang tidak-tidak. "Kayrena!!!" jeritnya panik, mampu mengejutkan Kayrena itu sendiri.
Kayrena sedikit tersentak, dan menoleh sekilas. "Pergi lo, bangsa*!" Ia berteriak diakhiri dengan umpatan, ia terus terisak tangis. Tak ada suara dari bibir Adrian untuk beberapa waktu, membuat gadis ini penasaran dan kembali menoleh cepat. "Gue bilang pergi!" suruhnya kasar, masih mendapati Adrian yang rupanya mulai terus berusaha mendekat.
"Kay," panggil Adrian, jujur dirinya sangat tak sanggup dengan apa yang ia lihat tepat didepan matanya ini. "Gue mohon!"
"Apa, anjing!" Kayrena benar-benar frustasi, wajahnya begitu kusut, pakaiannya berantakan dan rambutnya terlihat basah.
"Lo mending pergi! Gue mau lompat!!!" Suara Kayrena menyerak.
"Please, no!" tahan Adrian segera, mulai beranjak lagi.
"Lo kalau berani maju selangkah lagi, gue beneran lompat sekarang juga!" Sambil sesenggukan, gadis ini memberikan peringatan. Ia terus meneriakkan hal yang sama, tanpa peduli sosok Adrian yang semakin histeris dibalik punggungnya. "Gue capek! Gue capek hidup nggak tenang kayak gini! Gue capek!!!"
Grep!
Teriakkan lantang milik Kayrena terdengar menggelegas bersamaan dengan tubuhnya yang tertarik sempurna oleh tangan kekar Adrian. "Lo apa-apaan!" Begitu tinggi nada Adrian membentak Kayrena yang mulai melemas dipermukaan lantai semen atap ini. Kedua bahu Kayrena dicengkram kuat, mata Adrian semakin memerah mengguncangkan tubuh gadis didepannya yang baginya tidak tau diri. "Sadar, Kay! Lo apa-apaan!" pekiknya panik.
"Lo nyuruh gue sesadar apalagi! Sadar kalau gue punya aib yang menjijikan punya bokap cabul! Suka perkosa orang! Korupsi, apalah, makan tai!!!" Kayrena mendorong tubuh Adrian kuat. "Hidup gue udah didasar jurang!" gerutu gadis ini, memberontak. "Semua orang nggak ada yang peduli sama perasaan gue sedikit, pun! Nggak ada! Semua yang–" kalimatnya terbata-bata, diselingi dengan riuh tangis dan nafas yang tersengal. Ia menyempatkan diri untuk menjambak rambutnya kuat, ia sangat frustasi. "Argh!!!"
Adrian ikut menghela nafasnya kasar, menarik tubuh mungil Kayrena ke dalam dekapannya tanpa aba-aba. Ia membiarkan bagaimana gadis itu terus memukuli beberapa bagian tubuhnya untuk dijadikan objek meluapkan keputusasaan. Jemari besarnya mengusap surai hitam gadis itu yang ternyata basah, dan berbau minuman.
"Sstt ... ." Adrian menepuk pelan pundak Kayrena, yang masih terduduk lemas disini.
Kondisi Kayrena yang memprihatinkan, kian memupuk seribu pertanyaan dihati laki-laki ini. Kenapa semua orang berani bertindak sejauh ini? Terkadang hak asasi manusia selalu dipertanyakan, pada dunia yang kian tuli dengan jeritan minta tolong dari seseorang yang selalu ditindas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADKA
Teen Fiction"𝐓𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧, 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧. 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐨𝐛𝐚𝐭, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫𝐤𝐮 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐧𝐝𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧...