29. Lancang

90 15 4
                                    

"Happy reading!"

Niolip
.

Banyak orang selalu meninggikan rasa gengsinya, padahal jauh dilubuk hati, mereka menginginkan hal yang sebaliknya.

Pelan-pelan, Kayrena mencoba mengusap luka dibeberapa bagian wajah Adrian. Sesekali ia juga mengusap wajahnya yang lembab sebab ia menangis.

Adrian memundurkan wajahnya untuk tertawa kecil, ia tak bisa menahan perasaannya, "Berhenti nangis," perintahnya.

"Diem, Ya! Gue nggak ada nangis, tadi aja." Kayrena menggerutu panjang, ia tak peduli dengan wajah kusutnya yang kian membuat Adrian terkekeh pelan. "Kok lo mau babak belur gini, sih."

Adrian kembali diam, menatap gadis didepannya penuh arti. "Sh ... ," ringisnya pelan, saat kapas alkohol Kayrena tepat mengenai titik sakit pada bibirnya.

"Lo itu manusia yang terbuat dari apa?" Perasaan gadis ini bercampur aduk antara rasa bersalah dan juga khawatir, "Nggak jelas lo, kak. Nggak jelas!"

"Aw, aw ... Kay. Lo yang bener aja." Adrian meringis lebih kuat saat Kayrena melakukan tindakannya menjadi lebih brutal. Ia dapat melihat wajah kekesalan Kayrena dibalik matanya yang sembab. Adrian juga tau, kalau gadis itu benar mengkhawatirkan dirinya, "Gue nggak apa-apa."

"Bapak lo, ngak apa-apa. Gue pelintir bibir lo, lama-lama."

Adrian terkekeh, "Lucu." Tanpa sadar melontarkan pujian, sedikit membuat Kayrena tertegun.

"Kenapa lo sampai sejauh ini, kak?" Pertanyaan kembali terlontar. "Gue serius," sambung gadis itu, mendatarkan wajahnya tampak kalau ia tidak main-main, "Lo bertindak kejauhan, kak. Lo nggak bisa sok jadi pahlawan dengan ngorbanin status murid lo cuma buat gue yang bentukannya kayak gini," protes Kayrena panjang lebar.

"Gue nggak apa-apa."

Kayrena berdecih tawa, "Lo itu kelewat batas, kak. Lo bener-bener bertindak—"

"Siapa yang mau lompat hari ini?" Adrian membukatkan nadanya. Kini balik Kayrena yang dibungkam, "Siapa yang kelewat batas, Kay?"

Kepala Kayrena terasa ingin pecah, ia menaruh kasar kapas ditangannya. "Ya ... Gue," jawabnya ketus, tapi ia masih tak terima dengan tindakan Adrian yang semena-mena membantunya tanpa berpikir dampak untuk dirinya sendiri. "Tapi apa lo nggak bisa bayangin jadi gue, yang jadi sumber masalahnya? Lo begini, gara-gara gue, kak!" jeritnya, bahkan ia menghela nafas frustasi. "Kenapa lo ngelakuin banyak hal untuk gue, tanpa sepengetahuan gue!"

"Gue sayang sama lo."

Kayrena tidak tuli, ia mendengar dengan jelas suara Adrian didepannya. Tapi ketidakmungkinan meragukan pendengarannya, "Apa, lo bilang?"

Adrian mendesau, ia meraih lengan Kayrena dan menariknya. Hal ini membuat jarak mereka saling berhadapan hanya beberapa inci saja.

"Gue sayang sama, lo." Ia lebih menjelaskan ucapannya. "Paham?"

Kayrena membatu, tatapan serius Adrian begitu menusuk dirinya. Ini ketidakmungkinan yang sangat tidak mungkin untuk terjadi. Hal konyol apa yang baru saja ia dengar?

"Kak jangan bercanda, ya. Nggak lu—"

"Gue suka sama, lo." Kayrena benar-benar dibungkam seribu bahasa. Bibirnya begitu kelu, apakah ini yang dinamakan blank?

ADKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang