"Terkadang cerita direvisi, entah itu plot, typo, etc. For better experience! Atau menyambung apa yang kurang. Thank you for reading my story! Enjoy!"
Niolip
.Begitu tenang dan damai, situasi belakang sekolah SMA Mahakencana. Terlihat seorang lelaki, beberapa kali menepuk pelan punggung seorang gadis didalam pelukannya.
Menyadari waktu yang dihabiskan begitu lama, gadis ini tersadar dengan posisinya yang mulai tak mengenakan, "So-sorry, kak," ujarnya pelan. Kedua jemarinya dengan cepat mengusap wajahnya yang sangat kusut, ia bahkan mundur selangkah saat itu juga. Sebuah suguhan tangan berisi lembaran tisu terlipat, mengarah ke depan wajah Kayrena. Tentu hal ini sedikit membuatnya terkesiap. "Ck ... ," decak tawa pelan, Kayrena. "Gimana ceritanya, lo sedia tisu kayak gini?"
Adrian hanya terkekeh, tak menjawab. Ketika ia melihat Kayrena mengusap kotoran yang ada dibajunya, hal ini mengundang tangan kekarnya terangkat untuk ikut membantu. Adrian, tak mempedulikan tangannya yang kotor karena mengusap noda saus yang bertebaran pada seragam putih, Kayrena. "Bawa ini ke BK."
Kayrena mendongak sedikit terkejut, kala lawan bicaranya terucap, "Nggak usah, kak," bantahnya sambil menggeleng. "Gue nggak mau masalahnya jadi besar, terus merambat kesana-kesini."
"Bego."
Umpatan yang terlontar, mengerutkan alis Kayrena. "Emangnya, lo mau ikut keseret juga?" kesalnya.
"Lo," Adrian menjeda ucapannya, "Harus lebih jaga diri, lo," nadanya sedikit ragu-ragu, ia canggung untung berbicara.
"Iya-iya, gue tau." Kayrena menjawab sedikit ketus. "Tapi." Gadis ini mempersiapkan kalimatnya. "Ujung-ujungnya, gue juga pasti kalah, kalau yang gue lawan rombongan, kayak tadi."
"Semua karena gue."
Kayrena membeku sempurna, apa yang baru saja ia dengar? Manik-manik mata gadis ini menatap bingung, ia tak tahu harus menjawab apa. Meski jauh di hatinya sangat ingin meminta pertanggungjawaban, tapi laki-laki itu baru saja mengakui kesalahannya. Tunggu, kesalahannya, ya?
"Ya ... Udahlah. Mau gimana lagi, hehe ... ." Kayrena pasrah dengan tawa kecilnya di akhir. Gadis ini mengadahkan pandangannya ke sekitar, mencermati tempat apa ini. "Lo bawa gue kemana, kak?" Merasa tak ada yang menjawab, ia pun menoleh ke arah Adrian. Bukannya segera menjawab, malah tatapan yang gadis ini dapatkan. Mereka bertukar pandang untuk beberap detik sebelum akhirnya Kayrena memalingkan wajahnya. "Lo mau bawa gue bolos berapa lama?" Ia kembali memberanikan diri untuk bertanya.
Adrian melirik layar ponselnya singkat, "Sebentar lagi jam pulang."
Ini mengundang Kayrena yang menyadari kalau ia belum mengecek ponselnya sejak tadi, "Eh?" serunya bingung, mendapati layar ponselnya yang tak kunjung menyala. "I-ini, rusak?" gumamnya, terus menekan segala tombol. "Layarnya juga retak, Mishela sialan!" batinnya kali ini. "Wah ... ." Ia tak percaya, kedua bola matanya membulat.
"Rusak?" Adrian merebut ponsel milik Kayrena ditangannya, ia ikut mengecek ulang.
"Sumpah, ya." Kayrena membuat kepalan ditangannya, bahkan wajahnya begitu geram. "Asli, pacar, lo! Kak Mishela, nggak ada otak!" gerutunya.
Gadis ini tak menyadari, Adrian yang mencuri pandang, dibuat terkekeh. "Bukan pacar gue," bantahnya.
"Serius nggak pacaran, kan?" Kayrena memastikan, bersamaan dengan tangannya yang merebut kembali ponsel di tangan Adrian. Laki-laki itu menggeleng, "Hahaha ... ," tawanya, "Murahan banget jadi cewe." Ia kembali menatap kondisi ponselnya, "Ini handphone gue gimana ... ," gumamnya lagi, menatap sendu layar retak dipermukaan yang hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADKA
Teen Fiction"𝐓𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧, 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧. 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐨𝐛𝐚𝐭, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫𝐤𝐮 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐧𝐝𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧...