Prolog

420K 8.9K 113
                                    

PROLOG

Samar-samar, Asha mendengar suara teramat bising yang membuat tidur siangnya terganggu. Ia membalikkan badan dan menutup telinga dengan bantal untuk mengusirnya. Bukannya menghilang, suara-suara itu justru semakin menjadi-jadi. Bahkan kali ini terdengar suara rintihan kesakitan.

Asha bangun dengan perasaan kesal karena tidur siangnya di hari minggu terganggu.

Dengan hanya mengenakan baju tanktop dan celana jins pendek setengah paha, serta wajah dan rambut yang berantakan—bahkan tanpa mencuci muka lebih dulu—Asha berjalan menuju pintu keluar. Matanya yang masih setengah terbuka karena mengantuk dan silau oleh cahaya matahari siang, seketika membesar.

"Kak Deo!" teriak Asha begitu melihat satu-satunya saudara kandungnya, sedang meringkuk di halaman rumah sambil memegang perut.

Deo meringis dan merintih kesakitan. Darah segar tampak menetes dari hidung dan sudut bibirnya.

Rasa panik seketika menyerang Asha. Ia berlari menghampiri kakaknya.

"Kak!" panggil Asha miris sambil bersimpuh di dekat tubuh kakaknya. Ia menunduk dan meraih tubuh kurus itu. Deo kembali meringis membuat hati Asha berdesir pilu. Dengan perasaan kesal, ia mengangkat wajah. Ada dua pria asing berdiri tidak jauh dari mereka. Keduanya bertampang sangar. Dari gelagatnya, sepertinya kedua pria inilah yang memukul Deo.

Pandangan Asha kemudian beralih pada seorang pria bertubuh gagah dengan wajah sangat tampan, yang sedang berdiri bersandar di mobil Hummer sambil tersenyum menyeringai. Kacamata hitam membingkai matanya.

"Apa yang kalian lakukan pada kakakku??" tanya Asha setengah berteriak.

Deo kembali meringis menahan rasa sakit akibat pukulan di tubuhnya membuat Asha kembali menunduk dan menatap khawatir pada sang kakak.

"Oh, jadi kamu adiknya?"

Asha mengangkat wajah saat mendengar suara bernada mengejek yang bertanya padanya. Asha melihat pria itu melepaskan kacamata hitamnya dan menyeringai sinis.

Mata mereka beradu. Ada debar halus menyentuh hati Asha saat tatapan setajam mata elang itu menusuk bola matanya.

"Bagus!" lanjutnya sambil terus menatap Asha dengan tatapan menilai.

Bagus? Apanya yang bagus? Asha bertanya heran di dalam hati. Sedetik kemudian ia merasa tidak nyaman saat mendapati mata pria itu menatap lama ke arah dadanya. Asha menunduk untuk melihat arah tatapannya.

Astaga! Asha mengutuk kecerobohannya. Tanpa disadari, ia telah memberi tontonan gratis kepada tiga pria yang entah siapa yang sedang berdiri di depannya. Baju tanktop yang ia kenakan membuat belahan dadanya tersembul sempurna saat ia bersimpuh seperti itu.

Dengan gerakan cepat dan wajah memanas, Asha menarik bajunya agar lebih menutupi dada.

Pria itu menyeringai lebar.

"Oke, Bung! Aku tidak akan melaporkanmu pada polisi, asalkan..."

Pria itu menggantung kalimatnya. Asha tahu dia sedang berbicara dengan Deo.

Polisi? Ada apa? Kenapa dia harus melaporkan Deo pada polisi? Asha semakin bingung.

"Adikmu jadi milikku!" lanjutnya dengan tawa sinis. Tatapannya tajam menusuk ke arah Asha.

"Apa maksudmu??" tanya Deo dengan suara gemetar dan wajah meringis menahan sakit.

Asha menatap kakaknya dan pria itu silih berganti. Apa maksudnya? Ada apa ini?

"Aku tidak akan melaporkanmu pada polisi. Sambil menunggumu mengembalikan uangku, adikmu boleh menjadi jaminannya."

"Berengsek!!" Deo memaki dengan napas tersengal menahan amarah.

Mr. Arrogant in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang