PART 13 - 3

33.6K 1.8K 31
                                        

Tanpa diduga, Dave meraih tubuh Asha dan memanggulnya. Dia bergeming meski punggungnya sudah berkali-kali dipukuli Asha dengan kalap.

Deo terlihat berusaha bangkit untuk mengejar Dave dan Asha, namun kondisi tubuhnya membuatnya kembali ambruk ke lantai.

Asha yang melihat itu semakin sedih. Air matanya berlomba-lomba menetes.

"Lepaskan! Aku tak mau ikut denganmu!" Asha kembali memukul punggung Dave. Namun pria kejam itu bergeming. Kapan Dave pernah mendengarkan orang lain? Pria angkuh dan sangat egois!

Dalam sekali tarik, pintu mobil terbuka. Dave menghempas tubuh Asha dengan kasar ke dalam mobil. Setelah itu secepat kilat ia menyusul masuk ke dalam mobil dan mengendarainya.

"Kamu berengsek!" maki Asha kesal.

"Terserah apa katamu," balas Dave dingin.

"Bedebah!"

Dave hanya menyeringai mendengar makian itu sehingga Asha semakin kesal. Beberapa kata umpatan masih terus berkeluaran dari bibirnya. Sampai akhirnya Asha lelah sendiri karena Dave tidak menanggapinya sama sekali. Ia duduk bersandar di jok mobil sambil memejamkan mata. Sejak mengenal Dave, Asha merasa dunianya telah jungkir balik. Ia yang dulunya selalu santai dengan hidup sederhana, kini tiada hari tanpa naik darah.

Akhirnya mereka tiba di rumah Dave. Begitu mobil terpakir di pekarangan, Dave segera memanggul Asha menuju rumah. Tidak dipedulikannya teriakan protes gadis itu.

Dave menurunkan Asha di ruang tamu.

Wajah Asha yang sedang kesal, seketika berubah saat samar-samar mendengar suara tangisan Nayra.

"Nay, Mommy sudah pulang, Sayang!" teriak Dave.

Tidak lama kemudian Nayra keluar digendong oleh Bi Sarti. Matanya merah berair dan masih menangis tersedu-sedu.

Seketika perasaan bersalah mendera hati Asha. Karena ingin menjauhi Dave, Nayra menjadi korban.

Asha segera mengulurkan tangan untuk menggendong Nayra.

"Kenapa menangis, Sayang?" tanya Asha lembut dengan perasaan bersalah yang membuncah di dada.

"Nay mau sama Mommy," jawab Nayra dengan suara bercampur tangis sambil memeluk Asha erat.

Hati Asha semakin pilu mendengar jawaban Nayra. Ia sudah membuat Nayra menangis karena mencari dirinya yang hingga malam tak kunjung pulang.

"Mommy sibuk, Sayang." Sekilas Asha bisa melihat Dave mendengus mendengar alasannya. Tapi ia tak peduli. Ia masih marah pada pria itu.

Ponsel Asha tiba-tiba berdering.

Asha segera mendudukkan Nayra di sofa, tapi Nayra sama sekali tidak mau melepaskan diri darinya. Akhirnya dengan sebelah tangan menggendong Nayra, sebelah tangannya yang lain mengambil ponsel dari dalam tas.

"Sha, kamu di mana? Kakak jemput, ya." Terdengar suara Deo yang panik di ujung sana.

"Tidak apa-apa, Kak. Asha baik-baik saja. Kakak tidak perlu khawatir." Asha tidak mungkin bisa pergi. Nayra sama sekali tidak mau melepasnya.

"Tapi..."

"Tidak apa-apa, Kak. Jangan khawatir, ya. Kakak sudah ke dokter?" tanya Asha saat teringat ia meninggalkan Deo yang sedang kesakitan.

"Sha..."

"Kak, Asha tidak apa-apa. Kakak segera ke dokter, ya."

Terdengar helaan napas Deo di ujung sana.

"Sudah dulu ya, Kak." Asha menyudahi pembicaraan karena tidak mau Deo menyatakan keberatannya lebih jauh lagi. Asha menyentuh tanda mengakhiri panggilan di ponsel begitu mendengar jawaban dari kakaknya, setelah itu kembali memasukkannya ke dalam tas.

"Nayra belum makan," kata Dave sambil duduk berselonjor di sofa dan memejamkan mata.

Asha menatap Dave tidak percaya. "Kenapa belum makan?" tanya Asha kesal.

Sudah malam begini, tapi anak sekecil Nayra masih belum makan. Keterlaluan!

"Kenapa jam segini Nayra belum makan, Bi?" tanya Asha kesal pada Bi Sarti karena Dave tidak menyahutinya.

"Nayra maunya sama Nona Asha saja," jawab Bi Sarti gugup.

Asha menatap Nayra dalam gendongannya dan menarik napas panjang.

"Ambilkan nasinya sekarang," pinta Asha kesal. Bagaimana mungkin membujuk Nayra, untuk menyuruhnya menelan makanan saja, Bi Sarti tidak mampu?

"Makanya jadi ibu itu harus bertanggung-jawab. Jangan seenaknya sendiri. Lihat. Anak kita sampai kelaparan dan menangis mencarimu!" kata Dave kesal sambil membuka mata dan menatap Asha dengan tatapan jengkel.

Asha membalas tatapan Dave sama jengkelnya. Seenaknya saja Dave bicara seperti itu kepadanya. Anak kita? Ibu? Nayra adalah anak Dave dan istrinya yang entah sudah ke mana itu. Mungkin istrinya tidak betah dengan sikap arogannya.

Asha bukanlah ibu Nayra. Meski sebenarnya ia sangat ingin menjadi bagian dari si kecil dan mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Tapi Asha tahu diri. Ia bukan siapa-siapa. Ia hanya wanita pemuas nafsu Dave, yang kebetulan dianggap mommy oleh putri pria itu.

"Nay makan, ya," bujuk Asha lembut pada Nayra tanpa memedulikan Dave. Ia mendudukkan Nayra di sofa, tapi Nayra masih saja tidak mau dan menggeleng.

Asha menghela napas. Ternyata sangat sulit mengasuh anak kecil saat ia sendiri tidak berpengalaman.

Bi Sarti datang membawakan nasi putih yang sudah diberi lauk sup sayur dan udang goreng tepung.

"Ayo makan dulu," bujuk Asha sambil duduk di sofa dengan Nayra di pangkuannya.

Dave sama sekali tidak berusaha membantu membujuk Nayra. Dia hanya duduk menjadi penonton dengan mata yang tak pernah lepas dari Asha.

Asha hanya bisa menghela napas panjang dan terus membujuk sampai akhirnya Nayra mau makan.

***
Bersambung...

Evathink

teman2, kini MR. ARROGANT IN LOVE dan cerita saya yang lainnya tersedia versi PDF, yang minat silakan WA saya 08125517788

(cerita dilanjutkan di Wattpad sampai TAMAT)

Mr. Arrogant in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang