PART 11 - 1

35.6K 1.8K 11
                                    

PART 11

Asha melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Rani—karyawan tokonya, terlihat sedang sibuk memajangkan komik-komik yang baru saja tiba dari Jakarta.

Rani sudah enam bulan ini bekerja dengannya. Sebagai anak kuliahan yang suka membaca, dia sangat senang bekerja di toko milik Asha meski gajinya tidak seberapa. Biasanya Asha mengizinkan Rani pulang pada pukul empat sore agar bisa istirahat sebelum kuliah pada malam harinya. Selain itu, Rani hanya bekerja pada hari senin hingga jumat saja. Sedangkan sabtu, Asha menjaga tokonya sendirian.

Pikiran Asha melayang pada Nayra. Teringat senyum polos Nayra membuat rasa rindu tiba-tiba saja menggigit hatinya. Mungkin seharusnya ia pulang untuk menjenguk bidadari kecil itu. Tadi pagi sebelum berangkat ke toko, Asha telah berjanji akan pulang untuk menemaninya makan dan tidur siang.

Asha menghela napas panjang. Merasa ironis. Gadis muda sepertinya, yang sejatinya masih lajang, tiba-tiba saja memiliki anak. Anak si pria angkuh yang entah mengapa menganggap Asha ibunya.

"Ran, jaga toko, ya. Aku mau jalan dulu."

Rani tersenyum. "Baik, Kak. Hati-hati, ya."

Asha balas tersenyum dan menggumamkan terima kasih. Sikapnya pada Rani memang tidak terlalu formal karena umur mereka hanya berbeda beberapa tahun saja. Lagi pula, Asha bukan tipikal atasan yang sombong.

Baru saja Asha berdiri dan meraih tas, bel berbunyi. Sesosok berperawakan tinggi dan gagah, masuk sambil menggendong seorang anak kecil mungil berambut pirang.

"Mommy."

Asha terpaku mendapati Dave membawa Nayra ke tokonya.

Rani melirik anak itu sambil mengerut kening. Lalu alisnya bertaut saat melihat Dave mendekati Asha, dan Nayra mengulurkan tangan minta digendong.

Dengan kaku, Asha meraih Nayra. "Mommy, Nay kangen Mommy." Nayra mencium pipi Asha.

Wajah Asha memerah saat mendapati kerutan di kening Rani semakin dalam. Selama ini, semua orang tahu bahwa ia lajang. Rani pasti heran melihat seorang pria mendatanginya dengan anak kecil yang memanggilnya Mommy.

"Iya, Sayang. Mommy juga kangen..." balas Asha untuk menyenangkan hati Nayra tanpa memedulikan Rani yang pastinya semakin keheranan. Sebenarnya Asha tidak bohong. Ia memang merindukan Nayra.

Asha memalingkan muka untuk menatap wajah mungil dalam gendongannya. Sebisa mungkin ia tidak mengacuhkan Rani yang sedang kebingungan di sisi rak komik.

"Kenapa membawa Nayra ke tokoku?" tanya Asha kurang senang mengingat tadi Dave juga yang tidak mengizinkannya membawa Nayra turut serta ke toko.

"Kamu tidak dengar? Dia bilang kangen padamu," jawab Dave angkuh.

Asha mencibir mendengar jawaban Dave. Bukan tidak senang pada Nayra yang rindu padanya, tapi kesal melihat sikap Dave yang arogan.

"Ayo kita pulang, Nayra belum tidur siang, kan, Sayang?" tanya Asha lembut pada Nayra.

Nayra menggelengkan kepala dengan gaya lucu dan membuat Asha tersenyum melihat wajah cantiknya yang menggemaskan.

"Kenapa buru-buru?" tanya Dave menyela. "Kita jalan-jalan dulu."

Asha pura-pura tidak mendengar perkataan Dave. Ia meraih tas sambil tetap menggendong Nayra.

"Nanti sebelum pukul empat aku ke sini, Ran," kata Asha pada Rani.

Tanpa menunggu respons dari Rani, Asha keluar dari toko. Dave mengikutinya dengan wajah yang terlihat gusar karena tidak diacuhkan.

Mr. Arrogant in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang