Selamat membaca jangan lupa vote dan komen ya biar Inay semangat updatenya 🤭
Louis datang ke rumah sakit dengan tergesa-gesa mendapat kabar bungsunya masuk rumah sakit. Ia masuk ke bangsal VVIP. Ia melihat anaknya Aland sedang duduk di samping brangkar adiknya yang masih belum sadar.
"Boy bagaimana bisa ini terjadi ?"
"Aland tidak tau Pah, Aland juga mengawasi baby makan seperti biasanya"
Louis memijat pangkal hidungnya sejenak, tidak mungkin ia marah dengan anak ketiganya ini. Ia juga tau Aland sangat menjaga Nuo, ia yakin anaknya itu juga pasti tidak mau adiknya masuk rumah sakit, sekarang ini pasti Aland sedang menyalahkan dirinya sendiri.
Louis mendekat lalu mengelus kepala anak ketiganya. Kali ini Aland tidak menepis tangan sang ayah.
Tak lama Aarav dan Axel datang hampir bersamaan. Mereka juga bergegas meninggalkan urusan mereka masing-masing.
Mereka juga menanyakan hal yang sama kepada Aland. Aland tetap tidak tau apa yang salah. Kedua kakaknya merasa tidak puas dengan jawaban adiknya.
"Sudah kita tunggu baby bangun dan kita tanya padanya"
Mereka mencoba tenang dan duduk di sofa hanya Louis yang duduk di kursi samping brangkar bungsunya.
Nuo perlahan membuka matanya dan melihat langit-langit putih yang nampak familiar. Pasti ia berada di rumah sakit.
"Baby kamu sudah sadar ?"
"Hmm"
Nuo mengerutkan kening saat merasakan nyeri di perutnya.
"Perutnya sakit ?" Tanya Axel, Nuo menganggukkan kepalanya.
Tadi ketiga langsung mendekat ke ranjang rumah sakit sang adik saat mendengar pertanyaan sang ayah.
Setelah beberapa saat mereka melihat adiknya sudah terlihat lebih baik dan sudah bisa di ajak bicara dengan tenang.
"Baby kenapa sampai radang lambung. Kak Al tidak melihat baby makan yang tidak biasa. Apa kakak melewatkan sesuatu ?"
Nuo bingung ingin menjawab dan ia masih bungkam.
"Apa karna tumis kentang tadi siang ?" Tebak Al, ia hanya bisa menebak ini.
Nuo diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Aland sudah merasakan tatapan tajam kedua kakaknya.
"Apa yang salah dengan makanan itu ? Jawab dengan jujur" tanya Aland lagi.
"Em, pedas ?"
Aland tercengang sejenak. Apakah itu pedas ? Ia sudah mencicipinya dan itu tidak pedas.
"Kamu memberikan Nuo makanan pedas ?" Tanya Axel
"Tidak, aku sudah mencicipinya dan itu tidak pedas"
"Baby apakah itu benar-benar terasa pedas ?" Tanya Aarav.
"Mungkin untuk Nuo yang baru pertamakali makan terasa pedas" jelas Nuo.
Louis menghela napas lalu melihat kearah anaknya Aland.
Axel menggeplak belakang kepala adiknya dengan marah.
"Untukmu yang penggila makanan pedas mungkin sama sekali tidak pedas tapi untuk adikmu yang baru pertamakali makan pasti pedas. Jangan samakan lidahmu yang sudah mati rasa itu dengan adikmu" Axel berkata marah dengan adik keduanya itu.
Aland hanya diam karna ia merasa ini memang salahnya. Ia lupa jika takaran pedasnya pasti berbeda dengan adiknya. Ia semakin merasa bersalah sekarang.
"Baby, kakak minta maaf ya" Aland meminta maaf pada adiknya.
"Bukan salah kakak, ini juga salah Nuo tidak bilang kalau pedas. Walaupun pedas tapi enak makannya Nuo hanya diam"
"Dan kakak-kakak jangan marah sama kak Al ya. Kak Al sudah menjaga Nuo dengan baik. Kali ini Nuo yang ceroboh" bujuk Nuo, ia melihat kedua kakaknya dengan mata bulat sayunya.
Axel dan Aarav mencoba mengatur napasnya guna meredakan emosi mereka.
"Oke, tapi tidak ada lain kali" tegas Axel
"Ingat jangan sampai kamu ceroboh lagi Al" imbuh Aarav
"Sudah-sudah, jadikan ini sebagai pelajaran. Dan untuk Nuo, lain kali kamu harus jujur oke. Baby tidak mau membuat kita khawatir kan ?"
"Maafkan Nuo, Nuo janji tidak akan ceroboh lagi"
"Good boy, sekarang apa Nuo merasa lapar ?" Tanya Louis
"Sedikit"
Louis menghubungi bawahannya untuk membawa bubur. Tak lama pintu di ketuk dan masuklah seorang berpakaian hitam rapih dengan membawa nampan berisi bubur diatasnya.
Nuo makan dengan di suapi Papahnya. Setelah merasa kenyang Nuo menggelengkan kepalanya. Louis tidak memaksa anaknya untuk menghabiskan bubur. Louis menyuruh anaknya untuk beristirahat kembali.
Di sofa Aland duduk berada di tengah dengan diapit kedua kakaknya. Aland merasa kakaknya masih merasa tidak puas dengannya. Buktinya kakinya sesekali di tendang ataupun di injak oleh kedua kakaknya. Aland menatap datar ke depan lalu menghela napas. Untuk sekali ini saja ia membiarkan saja dan pasrah dengan kelakuan kakaknya yang terlihat kekanakan.
"Sistem bukankah kamu bilang Nuo akan dihindarkan penyakit ringan kenapa tidak berfungsi ? Apa kamu membohongi Nuo"
Sistem "Tidak, tidak mungkin. Saya tidak berani mempermainkan tuan rumah"
"Lalu bagaimana dengan keadaan sekarang"
Sistem "saya mengatakan jika presentase mencapai 35% anda bisa dihindarkan dari penyakit ringan dan presentase anda baru mencapai 34%"
"Bukankah itu hanya kurang 1%. Apakah tidak ada keringanan" Nuo mencoba untuk tetap tenang dan sabar.
Sistem "itu sudah ketetapan dari sistem utama tuan rumah, saya tidak bisa ikut campur"
"Kenapa kamu tidak mencegah Nuo saat itu, setidaknya berikan pengingat"
Sistem " saya melihat tuan rumah menikmatinya jadi saya tidak tega memberi tahu"
Nuo"..."
Apa ini salahnya. Sekarang bolehkah Nuo memukul sistem ini.
Sistem "..."
"Sudahlah ke depannya beri Nuo peringatan atau pengingat supaya Nuo bisa lebih berhati-hati lagi"
Sistem "baik tuan rumah"
Nuo menghela napas dan memejamkan matanya. Louis mendengar helaan napas sang bungsu bertanya takut ada keluhan lainnya.
"Apa baby merasa tidak nyaman ?"
"Tidak, Nuo hanya merasa sedikit mengantuk"
"Kalau begitu tidurlah. Apa perlu Papah temani tidur"
"Hm, elus rambut Nuo sampai tidur ya Pah"
Louis berbaring di sisi kanan sang anak karna lengan kiri Nuo terdapat infus. Ia mulai mengelus pelan rambut kepala sang anak sesuai permintaan bungsunya. Nuo jadi ketagihan saat Papahnya mengelus punggung atau kepalanya saat tidur bersama sang ayah. Kebiasaan ini juga dilakukan oleh kakak lainnya saat tidur bersamanya.
"Berhentilah bertingkah kekanakan. Apa kalian tidak melihat pak tua itu memonopoli baby" tunjuk Aland ke arah ranjang.
Lama-lama juga ia merasa kesal kakinya berasa jadi bola saja yang di tendangi kedua kakaknya.
Aarav dan Axel menoleh ke arah ranjang. Benar saja sang ayah sedang berbaring di ranjang yang sama dengan adik kecil mereka.
Louis mengabaikan saat punggungnya seperti di tatap tajam. Ia tau pasti saat ini ketiga anaknya sedang menatap tajam kearahnya. Ia hanya tersenyum kecil dan terus mengelus kepala bungsunya.
Gimana ? konfliknya belum berat kok masih ringan-ringanlah.
3 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
sick cannon fodder
Teen FictionNuo Nuo panggilannya, merupakan anak sakit-sakitan sejak lahir. ketika kematian menjemput ia berfikir akhirnya ia bisa damai. Tapi setelah membuka mata ia berbaring di pinggir jalan dengan kondisi tubuh yang tidak jauh dari sebelumnya. Ia berfikir i...