O2

15.6K 1.1K 6
                                    

  Jevin kini melangkahkan kakinya ke taman belakang sekolah, ia duduk di bangku samping pohon besar sambil menunggu Hares. Malam tadi setelah ia pulang, ternyata Hares sudah mengiriminya banyak pesan dan baru ia buka pagi tadi. 

"Jev! U okay? Gue kira Lo gak bakal masuk hari ini," Itu Hares, pria tinggi itu menghampiri Jevin membuat Jevin benar-benar dibuat kaget olehnya.

Jevin mengangguk sebagai jawabannya ia bangkit dari kursinya, "Mau ngomongin apa cepetan, gue maasih ada urusan entar." Ucapnya.

Hares menghela napas, ia duduk disana sambil menyisir rambut dengan tangannya. Jujur saja sebenarnya Jevin juga malas bertemu dengannya.

"Bima, dirumah sakit."

"Terus?"

Hares sempat terdiam sejenak, ia mengalihkan pandangan ke Jevin. Dilihat dari wajahnya, Hares tau Jevin tak suka dengan Bima—ketuanya, karena kejadian semalam.

"Lo yakin gak mau balik, Jev?"

Jevin memutar bola matanya.

"Lo bayangin apa yang dia lakuin ke gue semalem, Res. Gue mau dibikin mati sama dia, dan sekarang lo malah mau bikin gue balik jadi anggotanya Bima?"

"Sinting Lo!" Lanjutnya.

Setelah itu, Jevin pergi meninggalkannya disana.

——

"Lo yakin Jae? Jevin bakal masuk sini?"

Jaegar melempar tatapan tajam kearah pria didepannya, dengan satu alisnya yang terangkat ia bertanya, "Kenapa? Lo gak suka kalau Jevin gabung?"

Yang ditanya langsung panas dingin, ia mengambil gelas plastik berisi kopi dan menyesapnya. Mahesa—hesa.

"Bukan, maksud gue Lo sama Jevin bukannya Rival dari jaman SMP? Kok bisa tiba-tiba ngajak Jevin buat gabung? Ada hubungan ya Lo sama tu bocah?" Senyum jahil terpampang dari sudut bibirnya, Jaegar sempat dibuat terdiam sejenak sebelum akhirnya ia memukul pelan bibir itu.

Pemilik bibir itu sontak mengaduh kesakitan, ia lalu melirik beberapa kali kearah Jaegar. Jaegar yang menyadari itu langsung ikut menatapnya balik. "Kenapa? Gue ganteng banget ya, Hes?"

Hesa yang mendengar itu langsung menirukan orang yang mau muntah, ia melempar kulit kacang kearah Jaegar.

"Najis!"

Hesa menyesap kopinya lagi.

"Nan—"

"Wes! Tumben banget Lo berdua udah disini duluan,"

Tiba-tiba 3 orang laki-laki dengan tinggi yang berbeda-beda datang menghampiri keduanya, Mark, Raden dan Chandra. Mark menaruh jaket kulitnya di samping Hesa lalu pria dengan wajah bule itu duduk disana.

"Mau ngomongin soal apa, Jae?" Tanya Mark, tangannya menyomot es teh milik Jaegar dan meminumnya sampai tersisa setengah gelas.

"Jevin,"

"Kenapa Jevin?"

Jaegar menarik napas dalam-dalam, "dia bakal gabung."

Mark terbatuk-batuk sangking terkejutnya, dengan cepat Raden langsung menepuk-nepuk bahu Mark dan menyodorkan air mineral kepada si pria kelahiran Kanada itu.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang