O8

9.5K 729 13
                                    

   "Aku tau semuanya, kak! Kakak sama Kak Jev punya hubungan spesial kan? Kakak pikir aku gak tau?"

Gadis itu menatapnya yang sedang terdiam di atas motor, suaranya sedikit meninggi dan alisnya sudah terlihat bahwa menandakan ia serius berucap.

"Terus kakak gak mikir nanti betapa syoknya Karin, kalo dia tahu Kak Jev itu nge gay?"

"Miy—"

"Kalian itu gak cocok, apalagi Kak Jae sama Jev ganteng. Beneran gak jijik?"

"Pas di toilet waktu itu, Kak Jae beneran gak ngerasa apa-apa? Gak ada rasa jijik, malu perasaan lain? Kalo aku mungkin udah jijik."

"Udah ngomongnya?"

Emosinya mulai terpancing ketika mendengar semua ucapan yang perempuan itu lontarkan, ia masih bisa memperingati perempuan itu dengan tegasnya sebelum ia benar-benar marah.

Miya masih tetap disana, berdiri sambil menatap Jaegar yang terlihat tangannya sedang mengepal kuat sehingga urat-urat disana terlihat jelas. Jaegar menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya, ia memutar kunci motornya yang sudah tercantol disana bersiap untuk pergi duluan karena gadis didepannya tak kunjung pergi.

"Kak—"

Belum sempat Miya berbicara, namun Jaegar sudah lebih dulu tancap gas meninggalkan gadis itu sendirian di parkiran yang hanya ada beberapa motor.

Jaegar tak habis fikir, bagaimana caranya Miya tahu dengan semudah ini. Jelas-jelas ia yakin tak ada orang lain yang mengikuti mereka saat itu. Ah, sialan!

Motornya ia berhentikan di pinggir jalan, merogoh ponselnya di kantung kiri dan berhasil menemukannya.

"Jev."

"Kenapa?" Terdengar suara Jevin berbicara pelan disana.

"Kerumah ya? Gue mau liat lo,"

"Masih ada Tante Yura."

"Mama bilang dia pulang jam 10, cepetan kerumah ya?"

"Yaudah,"

"I'll be waiting."

Panggilan terputus, Jaegar langsung tancap gas untuk melanjutkan perjalanannya menuju rumah.

.

Jaegar menunggunya.

Sesekali ia mengintip dari balik jendela untuk melihat keluar, berkali-kali ia tampak menghela napas panjang, karena kedatangannya sangat lama dari dia mandi tadi Jevin bahkan belum sampai juga.

Tok tok tok!

Jaegar langsung membuka pintu.

Itu Jevin.

"Maaf lam—"

Belum sempat berbicara, Jaegar sudah membungkam bibir Jevin dengan bibirnya, melumatnya dengan terburu-buru sehingga susah untuk Jevin mengimbangi permainannya.

Jaegar mengendongnya, ia menutup pintu dan pergi ke kamar tanpa melepaskan tautannya, Jevin tentu kaget, ingin ia mendorongnya namun tenaganya cukup terbuang sia-sia karena lari dari depan komplek perumahan Jaegar tadi.

"Eumhh.."

Jaegar menaruh tubuh Jevin diatas kasurnya, tengkuknya Jaegar tahan karena tak ingin ciumannya terlepas.

Mendapati kesempatan saat mulutnya terbuka, lidah Jaegar masuk untuk mengobrak-abrik isi mulutnya, sesekali ia menghisap lidahnya membuat Jevin langsung mendesah kecil.

"Mhhhnn,"

Tangan Jaegar tak tinggal diam, ia memasuki tangan kanannya ke kaos Jevin dan memainkan putingnya, Jevin sontak mendesah saat area paling sensitifnya di mainkan.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang