25

6.9K 582 11
                                    

Jevin berbaring di atas ranjangnya, kepalanya menatap langit-langit kamarnya, sedari tadi ia mengecek ponselnya berharap—ekhem... Jaegar mengiriminya pesan.

Karena bosannya sudah tak bisa di tahan, akhirnya ia mengambil ponselnya.

Jaegar

Jae|
Dimana?|
Tiba-tiba mau nasi goreng, tolong beliin|
Ngartis lo|

Embel-embel ingin nasi goreng hanya pancingan semata, sebenarnya Jevin sangat ingin melihat Jaegar hari ini. Hampir seharian ini Jevin rasanya rindu pada si 'brengsek' Jaegar.

Di rasa cukup lama pesannya tak kunjung di jawab, akhirnya ia menaruh kembali di atas meja dengan kesal.

Dret!

|Sebentar, ngantri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Sebentar, ngantri

Jevin tersenyum.

Pesenin yang pedes|

|Sedang aja, kasian babynya nanti kepedesan

Terserah|

|Tadi gue abis ke sekolah, bantuin Mark sama raden beresin barang-barang band
|Banyak banget lagi

Emangnya osis pada ga mau?|
Kasian tuh mark sama raden pasti cape|

|Gue gak di khawatirin?

Ga kenal|

|Sayang:(

Jijik|

|Bang Theo ada dirumah?

Masih kuliah kayanya, Eric juga lagi pergi|

|Bagus tuh
|Udah jadi, mau apa lagi?

Lo|

——

Jaegar sudah sampai beberapa menit lalu, kini di ruang tamu ia duduk di sofa sambil Jevin yang menyeder di bahunya. Awalnya Jaegar bingung, kenapa tiba-tiba Jevin jadi manja begini? Bahkan tadi sampai meminta perutnya di elus.

Jaegar di buat gemas olehnya.

"Kenyang."

Baru ia menyuapi Jevin 5 sendok, namun ia sudah berucap seperti itu. Jaegar pun langsung melirik padanya, "masih banyak, tadi katanya pengen kan? Masa ga di abisin?"

Jevin menggeleng ricuh, ia sedikit menjauhkan dirinya untuk mengambil gelas berisi air putih di meja dan meminumnya. Jaegar menghela napas, akhirnya ia juga yang harus menghabiskan nasi goreng itu.

Sementara memakan nasi goreng nya, pandangan Jevin masih fokus menonton acara televisinya. Beda halnya dengan Jaegar yang sedari tadi malah fokus memperhatikan Jevin sambil tersenyum karena gemas.

"Mama besok katanya mau kesini,"

Jevin yang tadinya fokus melihat tv, pandangannya di arahkan pada Jaegar.

Jaegar mengerti arti tatapan itu, ia menggusak rambutnya dengan gemas. "Mama ga bakal marah, sebelumnya udah gue jelasin baik-baik. Jangan takut," ia berucap.

Di waktu yang bersamaan, Jevin langsung kembali menyender pada bahunya. Dari belakang tangannya menyentuh pinggang rampingnya, dan sesekali menciumi kepalanya yang wangi aroma buah favoritnya.

Jevin meliriknya, "nginep ya? Bang Theo sama Eric katanya gak pulang."

"Iya sayang."

——

Sore ini, dua J itu pergi ke rumah Jaegar karena mendapat telepon bahwa mamanya sudah tiba. Awalnya Jevin agak ragu dan takut jika wanita itu akan memarahinya.

Namun, malah sebaliknya. Setelah Jevin menemuinya, Yura langsung memeluknya erat.

"Jangan takut, Jevin. Jaegar sudah bilang sama saya kemarin, maafin Jaegar ya, sayang? Dia kadang bisa jadi baik kadang juga bisa jadi brengsek juga."

Jevin masih diam, matanya menatap kearah Jaegar yang tengah tersenyum padanya.

"Sudah berapa umurnya?" Yura melepas pelukannya dan bertanya.

"Masuk 3 m-minggu,"

Yura mengangguk, ia tersenyum manis padanya setelah itu menarik tangan Jevin untuk masuk kedalam rumah.

"Jevin mau jus apa, sayang? Tante kebetulan beli banyak buah sebelum kesini tadi."

"Apa aja,"

Yura tampak membuka plastik putihnya, "mangga mau?"

Di waktu yang bersamaan Jevin mengangguk. Ia duduk di kursi pantry sambil melihat wanita itu yang tengah mengupas buahnya, sudah ia tawari untuk membantu mengupas, tapi ia menolak dengan halus.

Jaegar datang dan membantu mamanya untuk membuat jus itu, Jevin tersenyum di kala melihat interaksi keduanya, begitu menggemaskan.

"Tante, kenapa bisa gak marah?"

Yura menegok, sebelum akhirnya ia memasukan potongan buahnya.

"Kalo kamu sumber kebahagiaannya Jaegar, Tante gak bakal bisa marah. Oh iya, mulai sekarang panggil mama aja ya? Jangan Tante lagi."

Yura tersenyum padanya, memencet tombol pada blender itu dan langsung bergerak untuk menghaluskan buahnya.

Jevin mengangguk lalu menoleh dan terlonjak di kala sudah melihat Jaegar duduk disampingnya secara tiba-tiba, langsung saja dengan reflek langsung menepuk pahanya.

"Jae, abis lulus beneran mau kerja di perusahaan papa sambil nerusin kuliah? Nanti bakal capek kamu," Yura meletakan 3 gelas berisi jus mangga tepat di atas meja.

"Kemaren udah bicara sama papa, sementara, Jaegar jadi sekretaris papa. Nanti kalo kuliahnya udah selesai papa baru nyerahin perusahaannya sepenuhnya." Jaegar menjawab.

Disana, wanita itu tersenyum sembari menatap kearah keduanya. Tangannya terulur untuk mengelus rambut keduanya dengan lembut.

"Jaga Jevin sama anak kamu baik-baik nanti, awas aja."

Tawa hangat kini menghiasi area dapur, Jevin rasanya benar-benar sudah lupa tentang kecemasannya dan sekarang tergantikan oleh kebahagiaan.

Di bawah sana, diam-diam Jaegar mengelus lembut perutnya dari balik baju. Jaegar sangat mencintainya. Melebihi apapun.

Bahkan, seluas samudera masih kurang untuk menggambarkan rasa cintanya.










































——

double up lagi gan

VOTENYA JANGAN LUPA

B A C K S T R E E T
© dlowbattries, 2023

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang