O5

10.8K 863 4
                                    

  Pagi ini, Jaegar baru saja sampai di sekolah. Pria itu tampak lebih tampan dengan jaket jeans biru muda yang ia kenakan. Ia turun dan mencabut kunci motornya dari lubang kunci.

Gadis-gadis disana terlihat tengah memandangi nya dengan tatapan berbinar. Baskara Jaegar, siapa yang tak bisa terpesona dengan wajah tampannya? Ia cukup populer karena wajah dan sifatnya yang bisa dibilang 'lumayan' ramah, tak heran jika perempuan disana banyak yang menyukainya secara diam-diam.

"Kak!"

Seorang perempuan dengan rambutnya yang dikuncir kuda mendatanginya, Jaegar yang di panggil langsung menoleh. Terlihat senyum kecil dari bibir perempuan itu, tangannya memegang paper bag yang entah apa isinya.

Kini, ia tepat berada di hadapannya.

"Buat kak Jaegar, dimakan ya! Aku bikin dari subuh tadi,"

Jaegar menatapnya, sebelum akhirnya ia sempat menyadari saat netranya melirik name tag didada kirinya. Miya Andreana Putri

"Sorry ga bisa nerima, gue buru-buru."

Senyuman yang terpancar dari wajahnya langsung lenyap seketika saat makanan ditolak dan Jaegar langsung pergi meninggalkannya di parkiran. Hatinya cukup kecewa, ia sudah berpikir bahwa saat ia memberikan makanannya Jaegar langsung menerima, namun saat tahu begini akhirnya, ia merasa malu sendiri.

Jaegar tak langsung pergi ke kelas, karena bel masuk masih sekitar 20 menit lagi, ia pergi mendatangi meja piket untuk menemui Mark, karena pria bule itu sudah menyuruhnya.

Omong-omong Mark itu memang masuk OSIS, dimana perannya sebagai wakil ketua, walaupun ia sempat berpikir akan menjadi ketua namun tak masalah baginya. Sifat kepemimpinan Mark bisa dibilang sangat baik. Ia pandai mengatur jadwal, dan membantu ketua dan anggota-anggotanya dengan baik.

Tak salah anggota Ndream menunjuknya sebagai ketua.

"Jae!"

Jaegar langsung menghampiri Mark yang memanggilnya, Mark merangkul pundaknya langsung dan tersenyum, tiba-tiba saja ia menyadari sesuatu.

"Jevin gak sama lo?"

Saat mendengar nama Jevin keluar dari mulut Mark, Jaegar langsung memutar bola matanya, bukan karena ia benci dengan Jevin melainkan ia masih cemburu dan belum bisa melihat dengan 'normal'  kedekatan mereka.

"Belum dateng."

"Oh—"

BRUK!

Mark langsung melotot saat tiba-tiba Jaegar terhempas hingga punggung pria itu tertabrak dibelakangnya cukup kencang, Jaegar sontak meringis. Seluruh netra siswa siswi yang melewati meja piket langsung mengarah kepada mereka.

"Ikut gue."

Itu Bima.

Pria yang ia pukuli karena menyakiti kesayangannya beberapa hari lalu.

Bima menarik tangannya dengan kencang ke lapangan, Mark yang tadinya ingin mengikuti keduanya langsung ditahan oleh Jaegar membuatnya langsung diam ditempat.

Bima menghempaskan tangannya ketika sudah sampai di pinggir lapangan, Jaegar bisa merasakan bahwa Bima berapi-api dan siap menghajarnya.

Dan benar saja, saat ia hendak mendaratkan bogeman di wajah Jaegar, sontak membuatnya langsung menghindari tinjuan itu.

"Balikin Jevin!" Bima berucap, tangannya masih mengepal erat seperti ingin menghajarnya lagi.

Jaegar belum menjawab, ia masih menatap nyalang kearahnya, Jaegar tak terima jika nama Jevin keluar dari mulut bajingan itu.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang