2O

7.5K 600 18
                                    

! Gue ingetin lagi, alur book ini cepet !

——

Ini aneh.

Sungguh.

Semenjak hari itu, rasa mualnya masih ada. Padahal sudah ia minum obat dan istirahat, sampai-sampai izin dari sekolah karena itu.

Jevin kelihatan lebih kurus dari biasanya, padahal nafsu makannya normal-normal saja seperti biasa. Jaegar menyadari itu, dari pergelangan tangannya yang ternyata makin kecil, ia sudah berulang kali berkata bahwa Jevin harus periksa ke rumah sakit, tapi Jevin tetaplah Jevin. Ia kekeh berkata bahwa 'nanti juga ilang'.

Namun, pertahanan itu tak berselang lama di saat kondisinya bisa dilihat semakin parah, karena tak kuat bolak-balik ke kamar mandi akhirnya Jevin jatuh pingsan dan di larikan kerumah sakit.

Di rumah sakit, tepatnya didepan ruangan Jevin diperiksa, Jaegar berdiri dengan raut wajah khawatir. Hatinya berdoa semoga Jevin tidak terserang penyakit yang aneh-aneh.

Dokter membuka pintu ruangan itu.

"Saya harap kamu tidak kaget dengan hasilnya." Dokter itu menjeda kalimatnya.

"Apa hasilnya?"

"Dia hamil."

——

Keduanya terdiam pasi, Jaegar tak membuka obrolan. Kini, ia menyetir dalam diam. Jevin pun, lidahnya dibuat kelu saat membaca kertas yang bertuliskan bahwa dirinya positif hamil.

Dan kandungannya sudah memasuki usia 2 Minggu.

Ini aneh.

Jevin itu laki-laki.

Dokter bilang kalau dia itu spesial, tapi Jevin sama sekali tak memikirkan sampai disitu!

"Gue gabisa." Jevin memecah keheningan.

Jaegar sontak melirik kearahnya, "Kita bicarain itu nanti." Ia menyahut, jujur saja, Jaegar juga bingung.

Dirinya seperti ditengah-tengah rasa senang dan bingung, pikirannya masih terus berusaha mencerna apa yang terjadi sekarang. Harusnya ia senang, namun sepertinya rasa bingung lebih mendominasi pikirannya sekarang.

"Gue bakal guguri—"

"Jevindra."

"Listen to me, kita bisa rawat dia baik-baik."

Jevin menghela napas kasar, ia memijit pelipisnya. Kepalanya benar-benar sangat pening. Ia hampir putus asa, bukan ini yang ia mau. Maksudnya, gendernya masih laki-laki dan bagaimana caranya ia bisa hamil?! Hubungannya dengan Jaegar saja banyak yang masih belum menerima apalagi kehamilannya nanti?

"Lo enak cuma bilang begitu dan seolah-olah gak bakal ada rintangannya, lo gak peduli dan gak mikirin gimana gue berperilaku di depan orang-orang nanti. Apalagi Ayah, ayah bakal marah besar kalo tau gue kaya gini. Dan gimana anak ini mau nerima gue sebagai ibunya sedangkan anak-anak lain ibunya perempuan? Gue gak mau dia kecewa." Jevin menjeda kalimatnya.

"Terus gimana reaksi keluarga gue kalo tau gue kaya gini? Lo dengan santainya ngomong kaya gitu di kondisi gue yang lagi kaya gini, dan itu gak nyelesain masalah kita!"

Jaegar bisu, ia menggigit bibir bawahnya. Sejujurnya, ia bukan tak bisa menerima tapi belum bisa. Pikirannya di hantui rasa kebingungan yang teramat dalam. Jevin hamil, dan itu anaknya.

"Trust me, kita bisa."

Kalimat yang terlontar malah makin membuatnya semakin pening bukannya tenang, Jevin memutuskan untuk diam kali ini.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang