O4

10.7K 920 42
                                    

  "Gimana Mark? Lo nerima si Jevin masuk Ndream?"

Mark mengambil helm nya, ia duduk di motor sembari menyisir rambut dengan tangannya. "Ya, gue sih mau mau aja, lagian anggota kita lumayan nambah jadi 6 kan, Chan?"

"Tapi, kayak aneh aja gak sih? Tiba-tiba banget si Jaegar ngomong gitu ye," Chandra menyahut.

Mark menggidikan bahunya acuh, ia menaruh helmnya di spion motornya. "Nanti suruh si Jaegar sama Jevin ke lapangan, Chan. Gue mau ngomong. Gue ke meja piket dulu."

Setelah itu ia pergi meninggalkan Chandra sendirian di parkiran, Chandra membalasnya dengan jempol, si kulit putih berjalan ke lain arah untuk mencari Jaegar.

Mata sipitnya mencari ke kelas Jaegar, namun sepertinya pria itu belum datang. Tak putus asa, Chandra berlari ke kelas yang ada di samping yang tak lain adalah kelas Jevin.

Ia menemukannya, Jevin terlihat sedang duduk di dekat jendela sambil dikelilingi oleh gadis gadis disana. Wajahnya langsung membuat ekspresi aneh, lalu dengan ransel di bahunya ia berjalan menuju Jevin.

"Jevindra,"

Chandra muncul secara tiba-tiba dan pria itu di sinari cahaya matahari yang makin membuat kulitnya makin putih, membuat Jevin langsung kaget dan hampir mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

"Ikut gue bentar." Chandra berucap lalu langsung keluar dari sana dan diikuti oleh Jevin.

Chandra membawa kelapangan, pria itu berhenti di bawah pohon besar membuat pergerakan Jevin langsung berhenti. Chandra berbalik.

"Mark mau ngomong sama Lo disini, bentar lagi dia dateng."

Jevin hanya meng 'oh' kan perkataannya.

"Jaegar belom dateng?" Kali ini Chandra bertanya kepadanya.

Jaevin menggeleng, ia duduk di bangku yang tersedia disana. "Belom," jawabnya, sambil menatap kearah Chandra.

Matanya menyipit, karena sinar matahari yang cukup terang menerpa wajahnya. Chandra ikut duduk disana, seketika membuat suasana menjadi canggung.

"Gue denger, lo diajak gabung ke Ndream sama Jaegar, lo keluar dari gengnya si Bima?" Chandra memulai bertanya kembali.

"Gue emang lagi ada masalah sama Bima,"

Chandra mengangguk, mulutnya berbentuk huruf O. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "terus, Jaegar bisa ngajak lo tiba-tiba itu giman—"

"Chan!"

Keduanya reflek menengok ke sumber suara, dilihat Mark dan Jaegar datang dibarengi anak-anak lain, posisi Jaegar merangkul pundak pria Kanada itu. Wajah Jaegar cukup terkejut karena ia melihat Jevin disana, Jevin hanya menatap Mark yang mendekat kearahnya tanpa melayangkan tatapan nya pada Jaegar.

Jaegar berdiri di sebelah Jevin.

"Gercep bener Lo berdua," Itu Hesa.

Pria berkulit sedikit coklat itu menepuk pundak Jevin, sembari melayangkan senyumnya. Terasa sangat canggung menurutnya, karena Jevin bahkan baru pertama kali sedekat ini dengan mereka. Di arena sebenarnya sudah, namun palingan ia hanya menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Mark menyodorkan lemon tea yang sempat ia beli di kantin tadi pada Jevin, Jevin menerima sambil tersenyum canggung. "Thank's."

Pria Kanada itu tersenyum juga dengan ramahnya, ia menepuk pundak Jevin 2 kali.

"Welcome to Ndream, Jev."

Hesa langsung merangkul Jevin, "Betah betah ye, Vin. Kalo semisalnya Raden bawel, lo bungkem aja make cabe rawit, dia emang orangnya ngeselin." Perkataannya langsung membuat Raden melempar biskuit yang ia pegang pada Hesa.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang