15

8K 617 5
                                    

  Gadis itu melangkahkan kakinya menuju taman, malam yang dingin dan sepi tetap saja ia kekeh bertemu seseorang disana. Matanya yang terlihat masih sembab, rasa di dalam hatinya yang tak karuan antara sedih dan kesal campur aduk.

Ia sampai dan sorot matanya melihat  seorang laki-laki kekar dari kejauhan yang tengah berdiri tepat dibawah lampu jalan sedang menunggunya. Langsung saja ia berlari menuju kearahnya.

"Bima!"

Ia langsung mendorong bahu pria itu tanpa aba-aba dengan kesalnya, membuat Bima yang belum ada persiapan pun hampir saja mundur dan punggungnya hampir menyentuh tiang lampu jalan di belakangnya.

"Tanggung jawab, brengsek! Lo udah bikin hubungan gue sama Jevin hancur! Dia udah tau semuanya dan lo penyebab utama dari masalah ini!" Gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Karina. Ia berucap begitu frustasi, sampai-sampai terlihat air mata yang jatuh dari matanya.

Bima langsung saja mendekat kepadanya, hendak menghapus air mata yang jatuh itu, namun tangannya sudah terlebih dahulu ditepis kasar oleh Karina.

"Santai dong sayang,"

Ucapan itu membuatnya merinding setengah mati, Karina mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tak menatap wajah Bima yang bisa layaknya dibilang pedofil. Si pria itu menyentuh bahunya, Karina pun mundur dari sana, ia berusaha keras menghempaskan tangan itu dari bahunya, namun nihil kekuatan Bima tentu saja lebih kuat darinya.

"Ya, bagus kalo lo sama Jevin putus, gue bisa—"

"Maksud lo apa siala—"

Bima menaruh telunjuknya pada bibir Karina yang berwarna kemerahan karena memotong ucapan. Karina kembali dengan sekuat tenaga menghempaskan tangan Bima dari bibirnya.

"Gue bisa jadi pengganti Jevin, sayang. Lo gak perlu nangisin cowok homo kaya dia, dia juga udah ngehianatin lo. Toh, Jevin juga udah punya Jaegar dan dia gak perlu lo lagi, Rin." Sambungnya lagi, sembari tersenyum licik kearah gadis didepannya.

Karina pun terdiam, betapa bodohnya dia kalau selama ini ia selama ini di hianati oleh Jevin. Karina pun menghela napasnya, gadis itu menatap kearah Bima yang tengah menaikan satu alisnya.

"Sialan." Karina bergumam, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pulang kembali.

——

  Jaegar duduk di bangkunya, bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit lalu, tapi kali ini ia tak ingin keluar karena benar-benar malas jika bertemu dengan si wakil ketua OSIS. Diruangan itu hanya tersisa dirinya seorang, ia merenung sedari tadi.

"Kak Jaegar."

Tersadar jika ada orang yang memanggilnya, Jaegar pun menengok dan mendapati Miya yang sedang berjalan mendekat kearahnya.

"Maaf selama ini aku berusaha ngerebut kakak dari kak Jevin. Aku gak tau kalo kakak beneran secinta dan sesayang itu sama dia. Aku minta maaf karena aku awal dari semua ini, kalo aku udah ngehapus fotonya mungkin hubungan kalian gak bakal jadi rumit begini, aku udah tau kalo kemarin kakak babak belur karena dipukulin kak Mark dan sekarang hubungan kalian jadi teracam karena aku. Aku...minta maaf." Jelasnya.

Jaegar kini bungkam, ia menatap kearah gadis itu yang tengah menunduk sembari memainkan jari-jarinya. Jaegar menghela napas panjang, ia bangkit dari tempat duduknya.

"Ya,"

Gadis itu sedikit menjauh darinya, "sekarang, aku gak bakal ganggu kakak ataupun kak Jevin lagi." Ucapnya, sebelum akhirnya Miya melangkah untuk keluar dari kelas itu meninggalkan Jaegar yang masih menatapnya.

——

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit lalu, kakinya melangkah untuk menuju parkiran.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang