O3

11.4K 909 5
                                    

   Sejak kejadian siang hari tadi, dimana guru mengetahui jikalau mereka berdua bolos keduanya langsung diberikan PR yang sangat menumpuk dan harus selesai besok.

Tapi, Jaegar tak masalah karena PR nya. Ia lebih khawatir karena saat baru saja sampai rumah badan Jevin mendadak makin panas, pria april itu juga mengeluh bahwa kepalanya pusing.

Jaegar langsung mengompres dahi Jevin dengan air dingin agar panasnya turun dan mereda.

"Gue beli bubur sama obat sebentar ya? Lo tiduran dulu."

Baru saja Jaegar ingin mengambil kunci motornya di nakas, tangannya di tarik, membuat Jaegar langsung menatapnya.

"Jangan lama-lama.."

Hati seorang Jaegar kembali menghangat, tangannya mengelus rambut hitam Jevin. "20 minutes, I promise."

Jaegar mendarat kecupan di punggung tangan Jevin, lalu ia langsung mengambil kunci motornya dan pergi.

Jevin menyukai sisi manis pria itu, menurutnya sifat Jaegar berubah 180° derajat dari biasanya yang tegas. Awalnya Jevin tak menyukainya apalagi saat Jaegar tiba-tiba memintanya untuk berpacaran makin membuat ia bingung, jelas-jelas mereka itu Rival dari zaman SMP dan hampir semua murid tahu itu, namun lama-kelamaan Jevin mulai menyukai nya, entah kenapa.

Dan Jevin juga lebih sering tinggal dirumah Jaegar, karena tak betah berada dirumahnya, ya... Jaegar memang menyuruhnya untuk tetap dirumahnya.

Orang tuanya juga sibuk, dan tak pernah sekalipun pulang kerumah sejak umurnya menginjak 13 tahun. Tapi, mereka juga tetap mengiriminya uang bulanan. Saat Jevin mendengar cerita itu pertama kali ia lumayan terkejut.

.

Jaegar menepati janjinya, 20 menit ia kembali dengan membawa plastik berisi bubur dan obat untuk kesayangannya. Pria itu langsung duduk di samping kasur untuk menyuapi Jevin.

Jaegar menyuapinya dengan telaten, sesekali ada bubur yang tertinggal di sudut bibirnya ia langsung menyekanya, membuat Jevin sedikit melirik pria itu. Salah tingkah.

"Lo ke basecamp nanti?" Tanya Jevin disela-sela menelan buburnya.

Jaegar menggeleng, "Gue mau jagain Lo, sekalian nugas." Ia menyodorkan segelas air padanya dan langsung diterima dengan baik.

"Udah, Jae. Gue kenyang." Jevin berucap saat ia hendak menyuapinya lagi.

"Tiga suap lagi ya?"

Jevin menggeleng.

"Please?"

Ia menggeleng kembali.

"Fine, satu suap lagi."

Jevin setuju, ia membuka mulutnya untuk menerima suapan terakhir darinya. Jaegar melayangkan senyum kecil, ia menaruh mangkuk bubur yang masih tersisa setengah di nakas, lalu membukakan pil obat.

Ia menyodorkannya pada Jevin, "minum, habis ini langsung tidur."

Jevin hanya mengangguk pasrah, ia menelan pil itu dan meminumnya bersamaan dengan air putih.

"Sleep well.."

Jaegar mengusap kepalanya dengan lembut, sebelum akhirnya ia beranjak dari sana.

——

Jam 11 malam, Jevin terbangun dari tidurnya, ia melihat sekitar dan menemukan Jaegar sedang duduk dengan buku-buku yang bertumpuk di mejanya.

Kamar lumayan gelap, hanya ada lampu dari meja belajar Jaegar.

Baru saja Jevin ingin bangkit, namun pria itu langsung tersadar dan segera menengok kearahnya.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang