1O

8.4K 641 2
                                    

  Jaegar menatapnya ponselnya sedari tadi, perasaannya mulai campur aduk karena tak ada balasan dari sore tadi. Dua jam berlalu sejak ia mengirim pesan dan menelfonnya, masih tidak ada balasan dari sang empu.

Jaegar juga sudah bertanya kepada Mark, Hesa, Raden dan Chandra tapi nihil, mereka pun juga belum menjawab pesannya. Dasar sok ngartis.

"Jaegar?"

Jaegar menengok dikala suara halus nan lembut menyapa indra pendengarannya, terlihat Yura menyender di depan pintu kamarnya. Wanita itu masuk, ia mendekati putranya yang terlihat dari rautnya ia sedang khawatir akan sesuatu.

"Jevin udah jawab?" Tanyanya.

Jaegar menggeleng, ia menaruh ponselnya diatas meja. "Belum, entar Jae coba kerumahnya aja."

"Tapi kalo misalnya dia sibuk, mama gak masalah kalo Jevin gak bisa ikut. Ayo makan dulu."

Yura merangkul pundak putra semata wayangnya untuk pergi ke meja makan, Yura benar-benar tak sangka jika Jaegar bisa tumbuh besar dengan baik, rasanya baru kemarin ia menggendong bayinya. Yura senang karena Jaegar masih bisa dekat dengannya tanpa ada kecanggungan setelah 4 tahun ia meninggalkannya sendirian.

——

Sungguh, daritadi perasaannya juga mulai gusar. Bukan karena ayahnya, namun karena ia tak bisa memberi tahu Jaegar. Ia tahu bahwa Jaegar akan menayainya nanti, dan bisa saja marah padanya.

"Lah, si Jaegar ngechat gue nih. Nanyain lo," Mark berucap ketika ia baru sempat membuka aplikasi chatnya.

Mata Jevin langsung membulat ketika ia mendengar nama Jaegar, "o-oh? Terus lo bilang apa?" Tanyanya.

Mark duduk disampingnya, ia mencomot satu potong martabak dan langsung memasukannya kemulut.

"Ada, tumben banget tu bocah nanyain lo tiba-tiba gini, kenapa?"

"Ah iya, tadi kan ada pengecekan hp, terus gue nitip di kolong m-mejanya Jaegar biar hp gue ga disita, gue malah kelupaan, paling dia nanya hp gue mau dibalikin kapan." ucapnya berusaha sesantai mungkin.

Masuk akal.

Toh, disana Hesa dan Chandra tak membawa ponsel mereka karena tahu akan ada pengecekan hari ini, ditambah ponselnya Raden sedang mati dan lupa membawa cas an.

"Owalah, nih jawab aja. Tangan gue licin."

Kesempatan!

Jevin tentu langsung mengambil ponselnya, untuk mengabari Jaegar, karena ia tahu Jaegar mungkin sudah menyepam dan menelfonnya jika ponselnya ada.

B Jaegar

|Sorry bang, Jevin ada di basecamp?

Ada nih|

|Dari tadi dia?

Ini gue Jevin, sorry gue baru ngabarin hp ketinggalan di mobil ayah tadi|

|Fuck
|Gue panik asal lo tau

Maaf, tadi sempet berantem dikit sama ayah, jadinya gue ga nyadar kalo jatoh di kursi|

|Tapi lo gapapa?

Everything's fine|

|Jam 8 mama ngajak lo buat ikut ke bandara

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang