19

9.2K 699 33
                                    

"Jesus Christ.."

Mark dibuat terkejut di saat membuka pintu, dan menemukan 3 orang yang tepar dengan bekas kaleng-kaleng bir. Mulutnya menganga, hingga akhirnya ia tersadar sesuatu dan langsung menjewer telinga Chandra dan Raden.

"ADUH SAKKIT ANJING!" Mereka berdua yang bangun pun merintih kesakitan saat telinga masing-masing di jewer dengan kencang.

"Lo party party make alkohol?!"

Mark melepaskan jewerannya, dilihat telinga kedua pria itu merah akibatnya. Raden dan Chandra yang masih setengah sadar menggaruk kepala mereka, dan kaget di kala melihat apa yang terjadi pada basecamp nya.

"Lah, kok gue bangun di tong sampah gini?" Chandra tampak bingung.

"Emang kemaren ada apa?"

Jawaban keduanya membuat Mark menggelengkan kepalanya, ia mengambil satu kaleng bir bekas dan menunjukkan tepat didepan 2 pria itu.

"Jelasin."

Sontak saat keduanya mengingat apa yang terjadi semalam, tubuh 2 pria itu langsung keringat dingin saat Mark menatap kearah begitu serius, untuk mencairkan suasana yang tegang itu, keduanya tersenyum tak berdosa dan membuat Mark memperlihatkan ekspresi bingung.

"K-kemaren Hesa yang ngajak!" Raden berucap walau gagap.

Chandra mengangguk sebagai jawaban setujunya, "i-iya bang,"

Dilihatnya kearah Hesa yang masih molor dengan santainya di bawah lantai beralas karpet, Mark langsung berjongkok, ia mengambil air putih yang berada di gelas dan lalu menyiram wajahnya.

Hesa menggeliat.

"Diem asu ah!" Ucapnya di dibarengi decakan.

"Mahesa,"

Hesa lantas terbangun secara tiba-tiba saat ia mengenali suara yang memanggil namanya, ia pun berdiri walaupun badannya masih terlihat oleng ke kanan dan ke kiri.

"Jelasin, kata mereka berdua lo yang ngide buat bikin party kaya gini."

Hesa yang baru bangun, menggaruk tengkuknya. Bola matanya berputar keatas untuk mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Dan di kala sudah ingat ia menepuk jidatnya.

"L-lah, C-chandra bang! Dia yang ngide." Hesa berucap sembari menengok kearah Chandra disampingnya. 

Yang disebut namanya sontak tak terima, Chandra pun mendengus. "Kok gue sih, su? Kan elo!" Ia melempar balik.

Mampus.

Dengan tak berdosanya Hesa menggaruk kepala sambil nyengir kearah Mark. Waduh

"Lo semua bersihin kaleng-kaleng bir ini, sapu, pel dan lo harus tetep masuk sekolah."

Sontak Hesa, Raden, dan Chandra melotot. Sama-sama netra mereka melirik kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.20, sedangkan masuk sekolah saja pukul 07.00.

"MANA CUKUP BANG, BELOM KITA MANDI, PAKE BAJU, RAPIH-RAPIH?!" Raden protes.

Mark hanya mengangkat bahunya acuh, ia duduk diatas sofa sambil memperhatikan ketiga pemuda itu berkerjasama.

Raden yang menyapu, Chandra yang memunguti kaleng-kaleng dan sampah, dan Hesa dengan santainya masih diam sembari memegang alat pel an.

"Mahesa."

"IYA BANG, INI LAGI DIKERJAIN!"

——

eberapa Minggu tepatnya setelah kejadian minum-minum itu semuanya berjalan layaknya hari biasa.

Tapi, entah mengapa Jevin merasa kurang baik belakangan ini. Kadang kepalanya mendadak pusing, namun ia diamkan semuanya karena berpikir bahwa itu adalah kebetulan semata.

Pagi ini, Jevin mual di pagi-pagi buta.

Dia berlari ke kamar mandi, dan langsung berdiri di depan wastafel sambil menggenggam kuat pada sisi sisinya.

Jevin berusaha untuk mengeluarkan isi perutnya, tapi sialnya hanya ada cairan bening yang keluar.

Tenggorokan sudah panas dan kering, dan masih belum ada yang keluar. Kaki Jevin yang sudah bergetar dari tadi karena menahan sakit ia akhirnya tumbang juga. Jevin terduduk di lantai toilet sambil mengurut keningnya, ia masih mual sejujurnya. Tapi, tak ada yang keluar dan hanya malah membuat tenaganya habis.

Jaegar menghampirinya, dengan wajahnya yang tampak khawatir. Ia berjongkok di hadapannya, Jaegar mengelus surai halus itu dan menghapus peluh yang bercucuran di dahinya.

"Kenapa?" Ia bertanya.

"Mau munta— hueek!"

Belum sempat kalimatnya sempurna, Jevin kembali berdiri, dan kembali memuntahkan cairan bening yang sama. Kepalanya kini benar-benar sangat pusing sekarang, kedua tangannya makin ia cengkram kuat pada sisi wastafel. Jaegar yang melihat itu langsung mengurut tengkuk membantu Jevin untuk mengeluarkan isi perutnya.

Setelah beberapa saat Jevin mulai tenang, Jaegar membawakannya segelas air dari kamar dan langsung di teguk habis olehnya.

"T-tolong mandiin gue, Jae. Gak kuat.." Nada suaranya terdengar bergetar, dengan sigap Jaegar mengangkat tubuh Jevin dan meletakkan di bathup.

Selang beberapa menit, acara mandi mereka selesai. Dari yang memakain baju Jevin, mengeringkan rambut Jevin, hingga membantunya untuk pergi ke dapur Jaegar siap melayaninya dengan baik.

Kini, keduanya duduk diatas kursi makan dengan 2 mangkuk sup ayam hangat yang Jaegar masak tadi tersedia di atas meja. Jevin masih mengaduk-aduk supnya sedangkan Jaegar sudah tersisa setengah. Melihat itu ia pun berinisiatif untuk bertanya.

"Masih mual?"

Jevin menghela napasnya, "udah gak, tapi selera makan gue ikut ilang." Ia berucap.

Jaegar menaruh sendok yang ia pegang tadi diatas meja, ia menyambar sendok milik Jevin untuk menyuapinya. Jevin menolak karena takut akan mual lagi.

"Lo harus makan, tadi malem lo juga ga makan apa-apa kan? karena perut lo masih kosong jadi mual kan. " ia masih tetap menahan sendok di depannya.

Mau tak mau, Jevin membuka mulutnya dengan berat hati. Ia berusaha menelan dengan pelan kuah sup itu agar tenggorokannya tak sakit.

Jaegar kembali mengambil potongan daging ayam dengan nasi dan ia terima lagi. "Gausah masuk dulu hari ini,"

"Hm."































___

hayo

helaw, sp kanhen aku ☝️☝️
keanya gd sih y

semingguan book ini udah ketinggalan jauh sama yang laen:((
tapi gapapa krn sekarang w akan gas pol

mari vote untuk membahagiakan hati mungiel q

B A C K S T R E E T
© dlowbattries, 2023

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang