O6

10.4K 810 9
                                    

ramein lha

——

  "Kamu buat kesalahan apa sayang? Yaudah yaudah mama juga ngerencanain buat pulang, tiketnya juga sudah ada. Malam ini, mama bakal berangkat."

"Bagus kalo begitu,"

"Iya, yaudah mama bakal packing dulu, dah sayang."

Telefon ia matikan, Jaegar lalu membanting ponselnya kekasur, ia terduduk di ranjang sembari mengusap rambutnya yang basah karena sehabis mandi tadi. Jaegar terdiam sejenak, menatap kosong kearah pot bunga kecil didepan, dengan perasaan mulai campur aduk.

"Gimana? Mama lo bakal pulang?"

Suara Jevin membuyarkan lamunannya, terlihat pria dengan kaos hitam polos dan celana hitam panjang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Iya, dia bakal berangkat malam ini, kemungkinan besok pagi atau siangan baru sampe." Jaegar melangkahkan kakinya menuju Jevin.
Si pemuda Leo memeluk pinggangnya dari belakang, menaruh dagunya pada bahu itu dan sesekali mengecup leher Jevin, membuatnya sontak langsung kegelian.

Mendapati kesempatan saat Jevin tengah sibuk dengan ponselnya ia langsung mencium pipi tirusnya dengan cepat, Jevin pun menjauhkan sedikit dirinya dari Jaegar agar ia bisa mengetik, si Leo bukannya diam malah semakin mendekatinya, ia mulai mengelus rambut hitam Jevin, mengecup bibirnya beberapa kali, dan sesekali menggigit pipinya gemas.
"Jorok!" Jevin mengusap pipinya yang baru saja digigit kesakitan.

Sudut bibir Jaegar membuat senyum, seketika Jevin langsung menoyor pelan kepala pria itu agar menjauh.

"Gue bakal pulang malem ini," Jevin tiba-tiba berucap.

"Kenapa?"

Jevin melangkah untuk mengambil ranselnya.

"Bang Theo bilang, ayah bakal balik jam 10 nanti."

Jaegar melirik kearah jam yang menunjukkan bahwa masih pukul 19.21, dua jam lagi sebelum ia sendirian dirumah lagi.

"Gue anter."

Jevin mengangguk.


——

"Sialan, kak Jaegar sombong banget anjing! Ngeselin aja jadi orang." Perempuan dengan masih memakai seragam sekolah pulang dengan kesalnya, ia bahkan sempat menendang sepatu temannya yang berada didepan pintu.

"Yailah, apa gue bilang! Gak diterima kan? ututututu kasian~"

Ia makin dibuat kesal, reflek paper bag berisi makanan untuk Jaegar yang masih utuh tadi ia lempar dan tepat mengenai sasaran. "Bacot!"

"Lagian lo ngarep ketinggian Miya, gue makan ya?"

"Terserah lah!"

Miya, perempuan itu langsung pergi ke kamar mandi dengan perasaan marah, sampai-sampai pintu kamar mandi menjadi sasaran amarahnya.

Selama beberapa menit di kamar mandi, perempuan itu akhirnya keluar dengan rambutnya yang digerai. Ia mengambil ransel untuk mencari ponsel genggamnya.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang