21

7K 555 6
                                    

Mampus saja dirinya malam ini.

Malam ini suasana rumahnya sangat canggung saat kedatangannys sore tadi secara tiba-tiba tanpa memberi tahunya dulu membuat Jaegar dan Jevin merasa panik bersamaan, sebenarnya tak masalah juga jika tak mengabarinya. Toh, ia juga yang beli rumah itu. Papa Jaegar.

Satya.

Kedekatan antara Satya dan Jaegar tak dekat, itulah mengapa rumah itu menjadi canggung. Maupun Jaegar atau Satya tak ada yang membuka suara.

Tentang Jevin, pria itu memutuskan untuk pulang. Karena tadi ia mendapatkan pesan dari Theo agar pulang untuk berkumpul bertiga. Walau sebenarnya Jevin juga takut karena keberadaan papanya dan memutuskan untuk berada dirumahnya saja sementara waktu ini.

Jam 9 malam, dilihat pria paruh baya itu tengah duduk diruang tamu sembari menyeruput secangkir kopi dan menonton acara di televisi. Tengah asyik menikmati kopinya, ekor matanya melihat kearah anaknya yang keluar dari kamar sudah rapi dengan jaket dan jeans hitamnya.

Satya berdehem, dan menaruh cangkir kopinya kembali di meja.

"Mau kemana kamu?"

Pertanyaan darinya langsung membuat Jaegar berhenti saat hendak menyentuh kenop pintu.

"Keluar sebentar." Jaegar berucap dengan suara baritonnya.

Belum mendapat persetujuan, tapi Jaegar sudah duluan membuka pintu dan pergi dengan tas ransel di gendongannya.

Satya tak memperdulikannya, dan lalu kembali dengan kegiatan menonton tv nya.

——

"Loh, nyari Jevin, Bas?"

Itu Theo, kakak dari Jevin yang mempunyai wajah dan rahang yang sangat tegas dan sempurna, sama persis dengan Jevin.

Jaegar mengangguk sebagai jawaban, dan lalu Theo menyuruhnya untuk masuk kedalam sementara ia memanggil adiknya.

Omong-omong Theo memang selalu memanggilnya dengan nama Baskara, karena sudah terbiasa saat SMA. Dulu saat Theo kelas 12, sedangkan Jaegar masih kelas 10, dan kebetulan ia yang paling sering membantunya jika ada acara secara tiba-tiba, Theo itu anggota OSIS dulu.

Saat Theo melangkah keatas, Jaegar agak bingung, "Jevin pindah kamar?"

"Iya, tu anak berdua tukeran, yang di bawah jadi kamarnya Eric."

Di kala tercium bau gosong, Theo menepuk jidatnya. Dengan cepat pria itu kembali turun dengan wajah panik.

"Panggil sendiri deh, itu kamarnya yang kiri, lupa gue kalo masih manggang daging tadi." Setelah menepuk pundak 2 kali Theo pergi kearah dapur.

Mendapati kesempatan, Jaegar pun langsung naik, melangkah kearah tangga untuk menemui Jevin.

Setelah berhasil untuk sampai dan berdiri didepan pintu kamarnya, dengan iseng Jaegar pun mengetuk pintu itu seperti orang kesetanan.

Tok! Tok! Tok!

Tok! Tok! Tok!

"BANG, BERISIK TAU GA—" ucapannya terpotong di saat melihat siapa yang berada di depan pintu.

Jaegar tersenyum, sedangkan Jevin tampak bingung. Sebelum itu matanya menatap kearah sekitar dan ia layangan kembali kearah Jaegar.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang