23

6.2K 530 10
                                    

  "Jelasin apa ini, Jaegar."

Sedari kepulangannya dari rumah Jevin, Jaegar dibuat panik setengah mati saat didepan pintu pria yang berlaku sebagai papanya menanyakan pertanyaan itu.

Jantungnya berdetak kencang melihat sehelai kertas yang dipegang olehnya.
Kertas perihal kehamilan.

"Papa tanya, apa ini?" Satya kembali bertanya, dengan suara berat dan  begitu serius.

Jaegar masih menunduk, mulutnya masih belum bisa menjawab pertanyaan tersebut. Sorot matanya di alihkan kearah lain.

Pria paruh baya itu menurunkan tangannya, netranya bisa di lihat di penuhi amarah besar. Napasnya memburu, matanya masih menatap tajam kearah putranya.

"Ini yang kamu lakuin selama papa ga ada, iya? Ngehamilin perempuan?"

Di telan liurnya sendiri dengan gugup.

…bukan.

"Bagus banget kelakuan kamu ya, kamu ini masih SMA, dan berani-beraninya kamu ngelakuin hal bejat seperti ini! Selama ini, papa kira kamu anak baik-baik di sekolah, ternyata begini aslinya, kamu jadi bajingan di sekolah?" Satya berujar penuh penekanan, amarahnya berusaha ia tahan sekuat tenaga hingga terlihat urat-urat di lehernya.

"Jaegar bukan—"

"Bukan apa? Gak mau ngaku kamu?"

"Papa kecewa sama kamu."

Setelah mengatakan itu, Satya melempar kertas yang di pegangnya dan pergi masuk kedalam.

Tangannya di kepal kuat, ia mengumpulkan semua keberaniannya. Urat-urat di tangan dan lehernya tercetak jelas, Jaegar menghela napas kasar.

"Jaegar bukan ngehamilin perempuan."

——

Pagi tiba, dan kondisi hatinya masih di Landa kepanikan yang sangat besar.

"Lo ngeliat Jevin ga?"

"Tadi kayanya dia ke toilet."

Setelah ujian terakhir selesai, Jaegar menghampiri kelas Jevin dan mencari keberadaannya.

Saat masuk ke toilet dan melihat Jevin ia langsung menarik tangannya untuk pergi ke belakang gedung sekolah membicarakan sesuatu.

Jevin tentu bingung, tiba-tiba saja Jaegar menarik tangannya, apalagi ekspresi wajah Jaegar yang terlihat begitu panik dan begitu serius.

Jaegar berhenti disini.

"Papa udah tau."

"Tau apa?"

Manik kecoklatan Jaegar melirik kearah Jevin, "Tentang kehamilan Lo."

Wajah Jevin yang tadinya datar langsung matanya melotot seketika, jantungnya berdetak kencang, dan rasanya darahnya berhenti mengalir beberapa saat.

Kedua netranya menatap lekat Jaegar, di remas rambutnya sendiri dengan frustasi, "Kenapa papa lo bisa tau sialan?!" Tangan Jevin mencengkram kuat lengan Jaegar.

Jaegar menghela napas, tangannya mengelus kedua bahu Jevin agar ia bisa menenangkan emosinya, tapi malah langsung di tepis oleh Jevin.

"Tenangin diri lo. Papa nemu kertas itu di mobil, pas gue pulang dari rumah lo, gue di tanyain dan gue jawab kalo gue bukan ngehamilin perempuan—"

"Lo jawab kalo lo ngehamilin gue?"

"Ya, tapi gue—"

"Lo gila?! Lo pikir papa lo bakal segampang itu nge normalisasi hal kaya gini?!" Dia berucap dengan napas yang memburu, dan kedua manik itu terlihat bergetar.

"Shh.. sorry. Tenangin diri lo, gue bakal berusaha buat jelasin ke papa pelan-pelan nanti, gue usahain. Tapi, Lo jangan sampe stres mikirin masalah ini, gue bakal tanggung jawab atas semuanya." Maniknya menatap kearah Jevin dengan tatapan khawatir, Jaegar berusaha untuk meyakinkan sekaligus menenangkannya.

Jevin menggeleng, matanya masih menatap lekat kearah Jaegar, dan tangannya mencengkram erat lengan itu. Jevin takut. Jevin benar-benar takut jika Jaegar akan hilang, rasanya benar-benar tak sanggup mengucapkan sepatah atau dua patah pun, kelu.

"Gue takut—"

"Everything's gonna fine, trust me. Jangan terlalu di pikirin, gue bakal berusaha yang terbaik buat kita. Sekarang ayo pulang,"















——

dobel up krn sdg mut

pls jangan hina-hina ak Krn part-nya pendek 🙏🙏

Bayy


B A C K S T R E E T
© dlowbattries, 2023

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang