29

5.7K 366 0
                                    

  Amerika.

Mereka sudah sampai disana, Jevin rasanya benar-benar sangat senang ketika pertama kali ia menginjakkan kakinya di kota tersohor itu.

Ini benar-benar pertama kalinya untuk Jevin. Selama ini, ia tak pernah sama sekali pergi ke amerika. Dan walaupun ayahnya mengajak ia selalu menolak dengan alasan Jevin banyak tugas, dan alasan-alasan lainnya.

Kini, sampailah mereka di depan rumah yang cukup bes—ralat, sangat sangat besar dan mewah.

Itu rumah papa.

Terlihat, seorang pria paruh baya yang menggunakan kemeja dan celana panjang keluar dari gerbang. Bisa dilihat papa baru saja pulang kerja.

Papa menyuruh mereka untuk masuk.

"Jevin duduk dulu sayang, mama buatin minum sebentar." Wanita itu menaruh kopernya, setelah itu pergi langsung kedapur.

Jaegar dan Jevin pun duduk, mereka berdua meregangkan otot-otot tubuhnya setelah perjalanan panjang tadi. Jevin menyender di bahunya, sembari menghela napas panjang karena ia lelah, sedangkan Jaegar memainkan rambut Jevin sambil matanya masih terfokus pada ponselnya.

Satya melangkah pergi ke dapur, karena tiba-tiba istrinya berteriak menanyakan dimana letak gulanya. Ia langsung menghampiri dan lalu membuka laci di atas untuk meraih gula.

Gulanya masih keadaan tersegel, ia menggunting ujungnya untuk memudahkan istrinya.

Yura menerimanya, setelah itu kembali melanjutkan aktivitasnya membuatkan minuman.

"Besok aku pulang buat ngurus toko dulu," mama berucap tiba-tiba sambil terus mengaduk.

"Ya,"

Mereka menjadi canggung.

Dulu, memang ada sebuah pertingkain antara keduanya yang bisa dibilang cukup hebat. Dan papa memutuskan untuk pergi  meninggalkan rumah ke amerika.  Ia melepaskan rasa stresnya disana. Kalau mama, setelah beberapa bulan suaminya tak ada kabar dan hanya mengirimkan uang setiap bulannya, ia memutuskan untuk ikut menyusul ke sana.

Saat itu, mama berhasil menemukannya. Tapi, hubungan keduanya sangat canggung, bahkan untuk sekedar menyapa saja harus menggunakan usaha. Mama memutuskan juga untuk tinggal disana dan membuka sebuah toko bunga disana agar ia bisa terus melihat suaminya.

Kisah rumit mereka sampai hari ini pun juga belum terselesaikan, mama hanya pura-pura akrab dengan papa jika ada di depan anaknya.

"Sorry for the past few years. It's my fault. ."

Dia berhenti seketika, matanya melirik kearah suaminya.

"Ya,"

Helaan napas panjang terdengar.

"Aku—"

"Bisa kita bangun ulang lagi? I miss you so much, you are a part of my life, I'm sorry for hurting you. So, do you want to continue our story that was stopped again?"

Mama menghela napasnya, dan sontak membuat pria itu langsung menelan liurnya dengan gugup. Yura membalikkan badannya, menatap kearahnya dengan tatapan penuh arti.

"Ya, i want."

——

"Rumah papa lo gede banget,"

Diruang tamu kedua pasangan itu masih asyik menyender satu sama lain menunggu minuman mereka di bawakan.

Jaegar terkekeh, ia mengelus surai calonnya (ceilah calon) dengan pelan, menggesekkan hidungnya di kepala Jevin.

Backstreet, Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang