✥ 11 ✥

103 3 0
                                    

Seoul.

Kanna baru saja duduk di atas kasurnya setelah memeriksa keamanan rumah. Tinggal sendiri untuk beberapa hari harus membuatnya ekstra waspada.
Mematikan lampu di beberapa ruangan, mengunci pintu dan alarm darurat pun sudah diaktifkan.

Gadis itu menarik nafasnya dalam-dalam, merasa kesepian karena sendirian di rumahnya. Ada rasa sedikit menyesal menolak tawaran ayahnya pagi tadi.

"Ayah benar. Sepertinya..laut bisa menjadi pelepas penat yang baik. Hah~ kenapa aku malah menolaknya?"

Kanna baru saja hendak berbaring, sampai tiba-tiba..

PAT!

Lampu kamarnya padam dan seketika menjadi gelap gulita.
"Apa? Ada apa ini? Apa lampu kamarku rusak?"
pikirnya.

Kanna terdiam beberapa saat, membiarkan netranya bekerja menyesuaikan diri di kegelapan.
Setelahnya, dia bangkit dan berjalan mendekati pintu kamar. Melangkah perlahan agar tidak jatuh karena tersandung atau menabrak sesuatu.

Awalnya Kanna menduga jika hanya lampu kamarnya yang mungkin rusak.
Tapi ternyata pemikirannya adalah salah.
Setelah berhasil menemukan pintu kamar dan membukanya, Kanna hanya melihat keadaan yang sama.
Selasar dengan lebar satu meter yang gelap.
Kanna mulai panik dalam kegelapan.

"Gawat! Ponselku? Dimana ponselku?"

Kanna berbalik, kali ini menuju meja belajarnya.
Dua telapak tangannya meraba dengan teliti permukaan meja, mencari ponselnya yang mungkin tergeletak di sana.
Tapi..tidak ada.
Ponselnya tidak ada di sana walaupun dia telah mengeceknya beberapa kali.

"Dimana? Kenapa tidak ada?"

Sial!
Gadis itu akhirnya teringat jika ponselnya tertinggal di meja makan saat dia mematikan lampu di lantai bawah. Meskipun menimbang berkali-kali untuk turun, hasilnya adalah rasa enggan sebab keadaan benar-benar gelap, dan sunyi. Kanna sangat membenci itu.

Kesal dan bingung, dia merasa tidak punya persiapan akan pemadaman listrik ini. Di sisi lain keadaan ini sedikit membuatnya berpikir.
Pemadaman ini harusnya sudah diberitahukan beberapa hari sebelumnya 'kan?
Tapi kenapa ibunya tidak memberitahu informasi itu sebelum pergi tadi siang?
Mungkinkah ibunya lupa?

Tanpa disadari nafasnya mulai tak beraturan. Sesak.
Dia tidak bisa berlama-lama di dalam sana dan harus secepatnya keluar.

Tapi kemana?
Ke balkon?
Bagaimana jika Kyuhyun juga berada di sana?

Karena tidak ingin tergeletak pingsan di kamarnya sendiri, gadis itu memutuskan untuk mengambil resiko yang sepertinya lebih bisa di atasi contohnya bertemu dengan Kyuhyun.
Dengan hati-hati, Kanna melangkah menuju pintu kaca kamarnya dan memutuskan untuk duduk di balkon hingga listrik kembali menyala.
Ya, itu pilihan yang lebih baik.

Greeekkk!
tepat setelah Kanna menggeser penuh pintu itu...

"Kau tidak apa-apa?!"

Betapa terkejutnya Kanna karena Kyuhyun sudah berdiri di sana dengan senter dalam genggamannya.
Nafasnya tersengal dan terlihat...mengkhawatirkannya?

Cahaya temaram rembulan menerangi wajah tampan Kyuhyun menjadi sendu. Wajah yang sangat dirindukannya.

"Kanna..kau tidak apa-apa? Listrik tiba-tiba saja padam dan aku langsung teringat padamu. Tadi aku coba menghubungimu beberapa kali tapi kau tidak menjawabnya. Kau membuatku cemas"

"Apa? Cemas? Apa baru saja orang itu bilang jika dia mencemaskanku??" Tanya Kanna dalam hatinya.

Kanna menatap Kyuhyun dalam diam. Tak terasa air mata mulai memenuhi kelopak matanya, tapi masih tertahan baik di sana.

Stupid Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang