✥ 17 ✥

91 1 0
                                    

Kanna membuka matanya perlahan.
Kepalanya terasa sedikit pening, tubuhnya terasa lemah, tenggorokannya juga terasa kering. Nafas yang berhembus darinya terasa hangat. Kanna dapat merasakan suhu tubuhnya yang tidak biasa.
Ya, dia..demam.

Kanna mengangkat punggung tangan kirinya yang sedikit terasa perih. Tidak heran, ada jarum infus masuk menembus kulitnya, yang menyebabkan sedikit bengkak dan memerah.

Mata bulat yang sudah terbuka sepenuhnya itu kini meneliti keadaan sekitar, kepalanya bergerak lemah, bergantian ke kiri dan ke kanan.

Ada selembar tirai berwarna putih menutupi area tidurnya. Juga aroma obat-obatan mulai menyeruak perlahan masuk ke dalam indera penciuman.

"Rumah sakit?"
Tebak Kanna, tepat.
Saat ini dia tengah terbaring di ranjang unit gawat darurat sebuah rumah sakit.
Pikirannya menerawang ketika melihat langit-langit ruangan berwarna serba putih itu.

Sejak kapan dia berada di sana?
Sudah berapa lama dia di sana?
Bagaimana bisa dia berakhir terbaring di sana?
Bukankah terakhir kali dia tengah bersembunyi di labirin taman hotel?
Apa...dia pingsan dan seseorang berhasil menemukannya?
Banyak pertanyaan berkutat di kepala Kanna yang terasa pening itu.

"Ibu...ayah..."
Panggilnya lirih.
Kanna menunggu jawaban di suasana yang terbilang tenang. Tapi, tidak ada suara terdengar. Sepertinya tidak ada seorang pun yang berjaga di sekitarnya.

Dia..sendiri?

Merasa tenaganya pulih perlahan, Kanna berusaha bangkit dan duduk di atas ranjangnya. Menyibak selimut yang menutup tubuhnya hingga setinggi dada.

Tubuhnya, masih berbalut dress putih yang dikenakannya di pesta itu. Hanya saja, saat ini ada jas yang menutupi bagian bahunya yang terbuka.

"Ini...bukankah ini miliknya?"
Tebak Kanna mengingat.
"Jadi..dia yang berhasil menemukanku?"

Penasaran.
Kanna memaksa tubuhnya yang masih lemah untuk bergerak turun dari ranjang. Membawa serta tiang besi yang berfungsi sebagai kantong infus bergelantung, berjalan seraya menyeretnya bersama.

Kakinya melangkah di atas lantai keramik rumah sakit. Terasa dingin, karena dia tidak memakai alas kaki.

Perlahan menyibak lembut tirai, dan berjalan ke luar ruangan tanpa pengawasan itu.
Ada beberapa pasien yang terlihat tertidur di ruangan yang sama dengannya, tapi dengan orang terdekat yang menemani di sisi.

Kanna melewati meja dokter jaga dengan leluasa, karena tidak ada siapapun duduk untuk bertugas di sana saat itu.

"Kenapa sepi sekali?"
Kepalanya sesekali berputar, kembali meneliti. Dan segera menemukan jam digital yang menempel tidak jauh dari pintu masuk. Waktu menunjukkan pukul 02.49 pagi.

"Pantas saja.."
Ucapnya setelah menghembuskan nafas panjang.
Kanna melanjutkan langkahnya melewati pintu geser otomatis, dan segera menemukan ruang tunggu dengan deretan bangku yang sebagian besarnya kosong.
"Kenapa mereka tidak ada di sini?"

Ruangan tunggu itu sedikit gelap, karena beberapa lampu memang sengaja dimatikan.
Kanna enggan melanjutkan menjawab rasa penasarannya. Lebih baik dia kembali dan melanjutkan tidur di ranjang ruang unit gawat darurat yang hangat daripada mencari orang tuanya dalam kegelapan.
Lagipula tubuhnya masih terasa lemas.

Tubuhnya berbalik.
Kanna mulai melangkah kembali masuk menuju ke ranjang rawatnya, sebelum berdiri mematung tepat di sisi dalam pintu otomatis yang tetap terbuka. Kanna terkejut karena mendengar seseorang berteriak lantang dari luar ruang tunggu yang dibatasi oleh dinding kaca transparan itu.

"AKU INGIN MENEMUINYA!! KU MOHON!!"

Suara seorang lelaki terdengar memecah keheningan malam. Dan Kanna mengenal dengan baik siapa pemilik suara itu. Dalam diam air matanya mulai mengalir.

Stupid Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang