~happy reading~Setelah pulang kepesantren, Aarash masih mengingat kejadian dimasjid sore tadi. Dimana saat dirinya untuk pertama kali memegang perempuan yang bukan mahramnya. Ada debaran aneh yang Aarash rasakan entah apa itu.
"Astaghfirlullah, jangan mikirin perempuan. Aarash" ujar Aarash.
Tok
Tok
"Abang, Dhira masuk ya" ucap Dhira dari luar kamar.
"Masuk aja, Dek. Pintunya gak dikunci" mendapat izin dari pemilik kamar, Dhira membuka pintu menghampiri Aarash yang sedang duduk disofa kamar.
Dhira melihat ada yang berbeda dari Aarash. Semenjak pulang habis mengisi ceramah, wajah Aarash terlihat begitu berseri-seri, dan Dhira perhatikan, Aarash menjadi sering senyum-senyum sendiri.
"Abang, masih waraskan?" Tanya Dhira ngeri sendiri melihat Aarash senyum-senyum sendiri.
Aarash melunturkan senyumnya. "Abang masih waras, dek"
Merasa sedikit kepo, Dhira duduk disamping Aarash, menatap wajah Aarash serius. "Abang kenapa senyum-senyum sendiri? Ada yang terjadi waktu abang ngisi ceramah?" Tanya Dhira meminta jawaban dari Aarash.
"Dek, kalau orang lagi jatuh cinta gimana?" Tanya balik Aarash.
Dhira melongo mendengar pertanyaan Aarash. "Abang lagi suka sama orang? Siapa? Jangan-jangan Adel? Dhira gak setuju kalau sama Adel"
"Bukan Adel"
"Terus siapa?" Aarash menceritakan semua kejadian dimana dirinya bertemu dengan perempuan yang menangis didepan masjid, hingga Aarash tidak sengaja memegang tangan perempuan tersebut. Dan Aarash mengatakan ingin menikahi perempuan itu untuk terhindar dari dosa karena dirinya berani menyentuh perempuan yang bukan mahramnya.
"Jadi karna itu, abang dari tadi senyum-senyum gak jelas?" Aarash mengangguk sebagai jawaban.
"Cinta pandangan pertama?" Aarash menggeleng.
"Sebelumnya abang pernah ketemu sama dia. Dia perempuan yang hampir abang tabrak waktu itu. Dan pertemuan kedua dimasjid tadi, saat abang gak sengaja memegang tangannya, jantung abang berdetak gak karuan"
"Fikss, abang suka pada pandangan kedua" heboh Dhira.
"Apa iya, abang suka sama dia?" Tanya Aarash meminta saran yang mendapat anggukan kepala dari Dhira.
"Dhira yakin iya, mending abang langsung halalin aja. Dari pada terlambat"
Aarash nampak berpikir sebelum mengatakan. "Nanti abang kasih tau Baba sama umma terlebih dahulu. Dan meminta petunjuk sama Allah dengan sholat istikharah"
"Pokoknya Dhira selalu doakan yang terbaik untuk, Abang" Aarash tersenyum hangat mengelus puncak kepala Dhira yang tertutup hijab.
"DHIRA TADI UMMA NYURUH APA" teriakan Laras menyadarkan Dhira.
Dhira menepuk jidatnya lantaran baru mengingat apa yang ummanya suruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aarashbia [Hiatus]
Teen Fiction(SEQUEL ZAFAR) Aarash Abqari Saafir. pemuda tampan berwajah dingin, berperawakan tinggi, mempunyai rahang tegas, dan hafidz Qur'an. Siapa yang tak menyukai laki-laki yang bisa dibilang mendekati sempurna ini. termaksud, Quenca Leona Adeline. peremp...